tag:blogger.com,1999:blog-56385316858495837482023-11-16T04:22:39.722-08:00Tugas KMB IIIkmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-9166162177350859132011-04-14T05:34:00.001-07:002011-04-14T05:35:56.524-07:00anomali GinjalA. Anomali Ginjal <br />
<br />
Anomali pada ginjal,ialah penggabungan kedua ginjal kanan dan kiri oleh bagian yang disebut isthmus melalui kedua pole (extremitas) atas atau bawah. Yang terbanyak penyatuan kedua pole bawah, sedangkan kedua pole atas hanya sekitar 5 — 10% .Besarnya isthmus sangat bervariasi, kadang-kadang merupakan bagian yang lengkap terdiri dari jaringan ginjal (parenchymatous tissue), tetapi pada beberapa kasus, hanya merupakan bagian kecil yang terdiri dari jaringan ikat (fibrous tissue) . Dari hasil autopsi, anomali ini tidak jarang dijumpai, meliputi 1 : 600 sampai 1 : 800 dari seluruh kasus. <br />
Letak kedua ginjal relatip lebih berdekatan dan lebih rendah dari biasa, 40% diantaranya mencapai ketinggian normal Kedua ginjal biasanya terdapat pada sisi yang berlainan, di kanan kiri columna vertebralis, bisa juga keduanya terletak pada satu sisi, dalam hal ini salah satu di antara kedua ginjal tersebut terletak di atas lainnya .<br />
<br />
B. Anomali-anomali kongential yang sering terjadi pada system urinarius antara lain sebagai berikut : <br />
<br />
1. Ginjal polikistik yaitu adanya kista-kista di ginjal yang menyebabkan insufisiensi.<br />
2. Agenesis ginjal yaitu kegagalan pembentukan ginjal dan dapat bersifat unilateral maupun bilateral.<br />
3. Duplikasi ureter parsial atau lengkap.<br />
4. Ureter ektopik, yaitu ureter yang ujungnya tidak bermuara ke kandung kemih melainkan organ-organ lain seperti uretra atau vagina.<br />
5. Ginjal pelvis, yaitu ginjal yang gagal naik ke rongga perut. <br />
6. Ginjal tapal kuda, yaitu ujung kaudal kedua ginjal mengalami penyatuan<br />
7. Arteri renalis asesorius, yaitu menetapnya pembuluh-pembuluh darah embrional pada ginjal<br />
8. Fistula/kista/sinus urakus, yaitu fistula/kista/sinus yang terbentuk antara kandung kemih dan lumen allantois.<br />
9. Ekstrofi kandung kemih, yaitu mukosa kandung kemih yang terpajan ke udara luar.<br />
<br />
<br />
C. Sistem genitalis<br />
a. Pembentukan gonad, duktus genitalis, dan genital eksterna primitif (indiferen)<br />
Gonad primitive dibentuk oleh rigi gonad yang merupakan hasil proliferasi epitel selom dan pemadatan mesenkim di bawahnya. Pada minggu ke-6 setelah pembuahan, sel-sel benih primordial datang dan mencapai gonad. Sel-sel benih primordial inilah yang akan menentukan apakah gonad indiferen primitif ini kelak berkembang menjadi testis( pada pria) atau ovarium (pada wanita).Duktus genitalis primitif terbentuk dari duktus mesonefros dan duktus paramesonefros.<br />
Genital eksterna primitif terbentuk dari sel-sel mesenkim yang bermigrasi ke daerah kloaka pada minggu ke-3, membentuk lipatan kloaka. Bagian kranial lipatan kloaka disebut tuberkulum genital (yang nantinya akan berkembang menjadi klitoris pada wanita, atau phallus pada pria). Selain itu lipatan kloaka terbagi dua menjadi lipatan uretra dan lipatan anus. Membran di antara lipatan uretra disebut membran urogenital, sedang membran di antara lipatan anus disebut membran analis.<br />
b. Pembentukan sistem genitalis pada pria<br />
• Pembentukan testis<br />
Kromosom Y yang terdapat pada embrio (pria) akan mengubah gonad primitif menjadi testis. Ciri khas dari pembentukan testis adalah perkembangan bagian medula yang lebih pesat dibandingkan dengan bagian korteks yang menghilang. Bagian medula akan berkembang menjadi tubulus seminiferus, sedangkan di bagian perifernya akan muncul tunika albuginea yang merupakan suatu jaringan ikat fibrosa. Selain itu terdapat sel Sertoli (berasal dari epitel permukaan kelenjar) dan sel Leydig (berasal dari rigi kelamin) pada korda testis. Tubulus seminiferus akan terhubung ke duktus mesonefros melalui saluran duktus eferens.<br />
Kemudian pada akhir bulan ke-2 akan terjadi perubahan posisi testis menjadi lebih turun (mendekati posisi phallus/penis). Penyebab penurunan (desensus) testis ini masih belum jelas, namun diperkirakan perkembangan organ-organ abdomen yang begitu pesat akan mendorong turun testis.Pembentukan duktus genitalis<br />
Duktus genitalis pada pria terbentuk dari duktus mesonefros, sedangkan duktus paramesonefros menghilang. Duktus mesonefros akan berhubungan dengan tubulus seminiferus (testis) melalui duktus eferens, sedangkan bagian duktus mesonefros yang masih melekat di testis namun tidak membentuk hubungan dengan testis disebut epididimis. Bagian selanjutnya dari duktus mesonefros berbentuk panjang dandisebut duktus deferens yang berujung ke vesikulaseminalis. Daerah duktus lain di luar vesikula seminalis disebut duktus ejakulotorius.<br />
• Pembentukan genital eksternal<br />
Pembentukan genital eksternal pria (phallus/penis) merupakan hasil pemanjangan tuberkulum genital di bawah pengaruh hormon androgen. Lipatan uretra akan menutup membentuk uretra pars kavernosa, sehingga bagian uretra harus memanjang hingga ke ujung penis dan keluar melalui orifisium uretra eksternum.<br />
<br />
c. Pembentukan sistem genitalis pada wanita<br />
<br />
• Pembentukan ovarium<br />
Berbeda pada pembentukan testis dari gonad primitif, pada pembentukan ovarium akan terjadi perkembangan (penebalan) bagian korteks yang pesat membentuk korda korteks sedangkan bagian medulanya menghilang dan digantikan oleh medula ovarium. Pada bulan ke-4 telah terdapat oogonia dan sel folikuler pada ovarium. Selanjutnya ovarium akan mengalami perubahan posisi menjadi sedikit lebih turun (desensus) hingga terletak di bawah tepi pelvis sejati.<br />
• Pembentukan duktus genitalis dan vagina<br />
Pada pembentukan duktus genitalis wanita, bagian yang berkembangmenjadi duktus adalah duktus paramesonefros, sedangkan duktus mesonefros akan menghilang. Tuba uterina terbentuk dari bagian kranial duktus paramesonefros, sedangkan bagian kaudalnya akan bertemu dengan duktus paramesonefros lain dari sisi ipsilateral, menyatu dan mengalami penebalan-penebalan sehingga terbentuklah korpus uteri dan serviks. Ujung padat duktus paramesonefros ini akan mengalami penojolan yang disebut bulbus sinovaginalis yang berproliferasi membentuk lempeng vagina. Pelebara pada lempeng vagina akan membentuk forniks vagina yang terdapat lumen di tengahnya, kelak berkembang menjadi selaput dara (himen).<br />
• Pembentukan genital eksternal<br />
Pada wanita, tuberkulum genital primitif akan sedikit memanjang membantuk klitoris, sedangkan lipatan uretra tetap terbuka membantuk labia minor. Tonjol kelamin membesar dan membentuk labia minor, sedang alur urogenital terbuka dan membentuk vestibulum.<br />
<br />
• Pembentukan duktus genitalis dan vagina<br />
Pada pembentukan duktus genitalis wanita, bagian yang berkembangmenjadi duktus adalah duktus paramesonefros, sedangkan duktus mesonefros akan menghilang. Tuba uterina terbentuk dari bagian kranial duktus paramesonefros, sedangkan bagian kaudalnya akan bertemu dengan duktus paramesonefros lain dari sisi ipsilateral, menyatu dan mengalami penebalan-penebalan sehingga terbentuklah korpus uteri dan serviks. Ujung padat duktus paramesonefros ini akan mengalami penojolan yang disebut bulbus sinovaginalis yang berproliferasi membentuk lempeng vagina. Pelebaran pada lempeng vagina akan membentuk forniks vagina yang terdapat lumen di tengahnya, kelak berkembang menjadi selaput dara (himen).<br />
• Pembentukan genital eksternal<br />
Pada wanita, tuberkulum genital primitif akan sedikit memanjang membantuk klitoris, sedangkan lipatan uretra tetap terbuka membantuk labia minor. Tonjol kelamin membesar dan membentuk labia minor, sedang alur urogenital terbuka dan membentuk vestibulum. <br />
D. Anomali sistem genitalia<br />
<br />
1. Duplikasi uterus, yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan kedua duktus paramesonefros dari sisi yang berlawanan sehingga terbentuklah dua uterus dan dua vagina.<br />
2. Uterus didelfis, yaitu jumlah rahim ganda.<br />
3. Uterus arkuatus, yaitu lekukan fundus uteri ke dalam di garis tengahnya.<br />
4. Uterus bikornis, yaitu uterus memiliki dua tanduk yang masuk ke satu rahim yang sama.<br />
5. Atresia serviks atau atresia vagina, yaitu penyumbatan uterus atau vagina.<br />
6. Epispadia, yaitu muara uretra yang berada di dorsum penis, bukan di orifisium uretra eksternum.<br />
7. Ekstrofi kandung kemih, yaitu apabila mukosa kandung kemih terpapar ke dunia luar.<br />
8. Mikropenis, yaitu perangsangan androgen yang tidak cukup sehingga genitalia eksterna kurang bertumbuh dengan baik.<br />
9. Penis bifida dan penis dupleks, terjadi apabila tuberkulum genital membelah.<br />
<br />
<br />
<br />
E. Tanda dan Gejala Anomali Ginjal<br />
<br />
Penderita anomali ini biasanya tanpa keluhan, tetapi bila timbul penyakit penyulit, bisa terjadi hydronephrose, recurent pyelonephritis, haematuria dan batu ginjal Keluhan yang terjadi bisa berupa rasa mual dan sakit perut yang disertai kekejangan (Rovsing syndrome). Kehamilan pada penderita anomali ini 1/3 di antaranya mendapat kesulitan<br />
<br />
<br />
Shidqi Sabiq 2B (09072)kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-5721163660281662082011-04-13T20:45:00.001-07:002011-04-13T20:45:39.500-07:00ca.renalGinjal-Ginjal<br />
Ginjal-ginjal adalah sepasang organ pada setiap sisi dari tulang belakang (spine) didalam perut bagian bawah. Setiap ginjal adalah kira-kira seukuran kepalan tangan. Melekat pada puncak dari setiap ginjal adalah suatu kelenjar adrenal. Suatu massa dari jaringan yang berlemak dan suatu lapisan luar dari jaringan yang berserat (Gerota's fascia) menyelubungi ginjal-ginjal dan kelenjar-kelenjar adrenal.<br />
<br />
Ginjal-ginjal adalah bagian dari saluran air seni (kencing). Mereka membuat urin dengan mengeluarkan pembuangan dan kelebihan air dari darah. Urin berkumpul didalam suatu ruang berongga (renal pelvis) ditengah-tengah dari setiap ginjal. Ia mengalir dari renal pelvis kedalam kantong kemih melalui suatu tabung yang disebut suatu ureter. Urin meninggalkan tubuh melalui tabung lain (urethra).<br />
Ginjal-ginjal juga membuat senyawa-senyawa yang membantu mengontrol tekanan darah dan produksi dari sel-sel darah merah.<br />
<br />
Mengerti Kanker<br />
Kanker mulai pada sel-sel, blok-blok bangunan yang membentuk jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan membentuk organ-organ tubuh.<br />
Secara normal, sel-sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh memerlukan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka.<br />
Adakalanya proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk suatu massa dari jaringan yang disebut suatu pertumbuhan atau tumor.<br />
<br />
Tumor-tumor dapat jinak atau ganas:<br />
• Tumor-tumor jinak adalah bukan kanker:<br />
o Tumor-tumor jinak adalah jarang mengancam nyawa.<br />
o Biasanya, tumor-tumor jinak dapat diangkat/dikeluarkan, dan mereka jarang tumbuh kembali.<br />
o Sel-sel dari tumor-tumor jinak tidak menyerang jaringan-jaringan disekitar mereka atau menyebar ke bagian-bagian lain tubuh.<br />
• Tumor-tumor ganas adalah kanker:<br />
o Tumor-tumor ganas umumnya adalah lebih serius daripada tumor-tumor jinak. Mereka mungkin adalah mengancam nyawa.<br />
o Tumor-tumor ganas seringkali dapat diangkat/dikeluarkan, namun mereka dapat tumbuh kebali.<br />
o Sel-sel dari tumor-tumor ganas dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan. Juga, sel-sel kanker dapat menyebar dari suatu tumor ganas dan memasuki aliran darah atau sistim lymphatic (getah bening). Itu adalah bagaimana sel-sel kanker menyebar dari kanker asal (tumor primer) untuk membentuk tumor-tumor baru pada organ-organ lain. Penyebaran dari kanker disebut metastasis.<br />
Beberapa tipe-tipe kanker dapat mulai di ginjal. Artikel ini adalah tentang kanker sel ginjal, tipe yang paling umum dari kanker ginjal pada orang-orang dewasa. Tipe ini adakalanya disebut renal adenocarcinoma atau hypernephroma. Tipe yang lain dari kanker, transitional cell carcinoma, mempengaruhi renal pelvis. Ia adalah serupa kanker kantong kemih dan seringkali dirawat seperti kanker kantong kemih. Wilms tumor adalah tipe yang paling umum dari kanker ginjal masa kanak-kanak. Ia berbeda dari kanker ginjal orang dewasa dan memerlukan perawatan yang berbeda.<br />
Ketika kanker ginjal menyebar keluar dari ginjal, sel-sel kanker seringkali ditemukan di simpul-simpul getah bening yang berdekatan. Kanker ginjal juga mungkin menyebar ke paru-paru, tulang-tulang, atau hati. Dan ia mungkin menyebar dari satu ginjal ke ginjal lainnya.<br />
Ketika kanker menyebar (metastasizes) dari tempat asalnya ke bagian lain dari tubuh, tumor baru mempunyai jenis yang sama dari sel-sel abnormal dan nama yang sama seperti tumor primer. Contohnya, jika kanker ginjal menyebar ke paru-paru, sel-sel kanker di paru-paru sebenarnya adalah sel-sel kanker ginjal. Penyakitnya adalah kanker ginjal yang metastatis, bukan kanker paru. Ia dirawat sebagai kanker ginjal, bukan kanker paru. Dokter-dokter adakalanya menyebut tumor baru sebagai penyakit metastatis atau penyakit "jauh".<br />
<br />
Yang berisiko Pada Kanker Ginjal<br />
<br />
<br />
Kanker ginjal berkembang paling sering pada orang-orang yang berumur 40 tahun keatas, namun tidak seorang pun mengetahui penyebab-penyebab yang pasti dari penyakit ini. Dokter-dokter jarang dapat menerangkan mengapa seseorang mengembangkan kanker ginjal dan yang lainnya tidak. Bagaimanapun, adalah jelas bahwa kanker ginjal adalah tidak menular. Tidak seorang pun dapat "menangkap" penyakit ini dari orang lain.<br />
Penelitian telah menunjukan bahwa orang-orang dengan faktor-faktor risiko tertentu adalah lebih mungkin daripada yang lain-lainnya mengembangkan kanker ginjal. Suatu faktor risiko adalah apa saja yang meningkatkan kesempatan seseorang mengembangkan suatu penyakit.<br />
<br />
Studi-studi telah menemukan faktor-faktor risiko yang berikut untuk kanker ginjal:<br />
• Merokok: Merokok sigaret adalah suatu faktor risiko utama. Perokok-perokok sigaret adalah dua kali lebih mungkin daripada bukan perokok untuk mengembangkan kanker ginjal. Merokok cerutu juga mungkin meningkatkan risiko penyakit ini.<br />
• Kegemukan: Orang-orang yang kegemukan mempunyai suatu risiko yang meningkat dari kanker ginjal.<br />
• Tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko kanker ginjal.<br />
• Dialysis jangka panjang: Dialysis adalah suatu perawatan untuk orang-orang yang ginjal-ginjalnya tidak bekerja dengan baik. Ia mengeluarkan pembuangan-pembuangan dari darah. Berada pada dialysis untuk waktu bertahun-tahun adalah suatu faktor risiko untuk kanker ginjal.<br />
• Von Hippel-Lindau (VHL) syndrome: VHL adalah suatu penyakit yang jarang yang beredar pada beberapa keluarga-keluarga. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam gen VHL. Suatu gen VHL yang abnormal meningkatkan risiko kanker ginjal. Ia juga dapat menyebabkan kista-kista (cysts) atau tumor-tumor di mata-mata, otak, dan bagian-bagian lain tubuh. Anggota-anggota keluarga dari mereka yang dengan sindrom ini dapat memdapatkan suatu tes untuk memeriksa kemungkinan gen VHL yang abnormal. Untuk orang-orang dengan gen VHL abnormal, dokter-dokter mungkin menyarankan cara-cara untuk memperbaiki pendeteksian kanker ginjal dan penyakit-penyakit lain sebelum gejala-gejala berkembang.<br />
• Jenis kelamin: Laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita-wanita didiagnosis dengan kanker ginjal. Setiap tahun di Amerika, kira-kira 20,000 laki-laki dan 12,000 wanita-wanita belajar bahwa mereka mempunyai kanker ginjal.<br />
Kebanyakan orang-orang yang mempunyai faktor-faktor risiko ini tidak mendapat kanker ginjal. Pada sisi lain, kebanyakan orang-orang yang mendapat penyakit ini tidak mempunyai faktor-faktor risiko yang diketahui. Orang-orang yang berpikir mereka mungkin berisiko harus mendiskusikan kekhwatiran ini dengan dokter mereka. Dokter mungkin mampu untuk menyarankan cara-cara untuk mengurangi risiko dan dapat merencanakan suatu jadwal yang tepat untuk checkup-checkup.<br />
<br />
Gejala-Gejala Kanker Ginjal<br />
Gejala-gejala umum dari kanker ginjal termasuk:<br />
• Darah dalam urin (membuat urin sedikit merah karatan atau merah dalam)<br />
• Nyeri pada sisi yang tidak hilang<br />
• Suatu gumpalan atau massa pada sisi atau diperut<br />
• Kehilangan berat badan<br />
• Demam<br />
• Merasakan sangat lelah atau mempunyai suatu perasaan keseluruhan dari kesehatan yang jelek<br />
Paling sering, gejala-gejala ini tidak berarti kanker. Suatu infeksi, suatu kista, atau persoalan lain juga dapat menyebabkan gejala-gejala yang sama. Seseorang dengan yang mana saja dari gejala-gejala ini harus mengunjungi seorang dokter sehingga persoalan apa saja dapat didiagnosis dan dirawat sedini mungkin.<br />
<br />
Mendiagnosis Kanker Ginjal<br />
Jika seorang pasien mempunyai gejala-gejala yang menyarankan kanker ginjal, dokter mungkin melaksanakan satu atau lebih dari prosedur-prosedur berikut:<br />
• Pemeriksaan fisik: Dokter memeriksa tanda-tanda kesehatan umum dan menguji untuk demam dan tekanan darah tinggi. Dokter juga merasakan (meraba) perut dan pinggang untuk tumor-tumor.<br />
• Tes-tes urin: Urin diperiksa untuk darah dan tanda-tanda lain dari penyakit.<br />
• Tes-tes darah: Laboratorium memeriksa darah untuk melihat berapa baik ginjal-ginjal bekerja. Lab mungkin memeriksa tingkat dari beberapa senyawa-senyawa, seperti creatinine. Suatu tingkat creatinine yang tinggi mungkin berarti ginjal-ginjal tidak mengerjakan pekerjaan mereka.<br />
• Intravenous pyelogram (IVP): Dokter menyuntikan zat warna (dye) kedalam suatu vena di lengan. Zat warna berjalan melalui tubuh dan mengumpul di ginjal-ginjal. Zat warna membuat mereka terlihat pada x-rays. Suatu rentetan dari x-rays kemudian menjejaki zat warna ketika ia bergerak melalui ginjal-ginjal ke ureter-ureter dan kantong kemih. X-rays dapat menunjukan suatu tumor ginjal atau persoalan-persoalan lain.<br />
• CT scan (CAT scan): Suatu mesin x-ray yang dihubungkan ke sebuah komputer mengambil serentetan gambar-gambar yang detil dari ginjal-ginjal. Pasien mungkin menerima suatu suntikan dari zat warna sehingga ginjal-ginjal terlihat dengan jelas didalam gambar-gambar. Suatu CT scan dapat menunjukan suatu tumor ginjal.<br />
• Tes Ultrasound: Alat ultrasound menggunakan gelombang-gelombang suara yang orang-orang tidak dapat dengar. Gelombang-gelombag memantul balik dari ginjal-ginjal, dan sebuah komputer menggunakan gema-gema untuk menciptakan suatu gambar yang disebut suatu sonogram. Suatu tumor atau kista yang solid nampak pada suatu sonogram.<br />
• Biopsi: Pada beberapa kasus-kasus, dokter mungkin melakukan suatu biopsi. Suatu biopsi adalah pengangkatan dari jaringan untuk mencari sel-sel kanker. Dokter memasukan suatu jarum yang tipis melalui kulit kedalam ginjal untuk mengangkat suatu jumlah yang kecil dari jaringan. Dokter mungkin menggunakan ultrasound atau x-rays untuk memandu jarum. Seorang ahli patologi menggunakan sebuah mikroskop untuk mencari sel-sel kanker dalam jaringan.<br />
• Operasi: Pada kebanyakan kasus-kasus, berdasarkan pada hasil-hasil dari CT scan, ultrasound, dan x-rays, dokter mempunyai cukup informasi untuk merekomendasikan operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh dari ginjal. Seorang ahli patologi membuat diagnosis akhir dengan memeriksa jaringan dibawah sebuah mikroskop.<br />
<br />
Merawat Kanker Ginjal<br />
Pen-stadium-an<br />
Untuk merencanakan perawatan yang paling baik, dokter perlu mengetahui stadium (luasnya) dari penyakit. Stadium didasarkan pada ukuran tumor, apakah kanker telah menyebar dan, jika ya, ke bagian-bagian mana dari tubuh.<br />
Penstadiuman mungkin melibatkan tes-tes pencitraan (imaging) seperti suatu ultrasound scan atau suatu CT scan. Dokter juga mungkin menggunakan suatu MRI. Untuk tes ini, suatu megnet yang kuat yang dihubungkan ke sebuah komputer membuat gambar-gambar detil dari organ-organ dan pembuluh-pembuluh darah.<br />
Dokter-dokter menggambarkan kanker ginjal dengan stadium-stadium berikut:<br />
• Stadium I adalah suatu stadium awal dari kanker ginjal. Tumor berukuran sampai 2 3/4 inches (7 centimeter). Ia adalah tidak lebih besar dari sebuah bola tenis. Sel-sel kanker ditemukan hanya di ginjal.<br />
• Stadium II adalah juga suatu stadium awal dari kanker ginjal, namun tumor berukuran lebih dari 2 3/4 inches. Sel-sel kanker ditemukan hanya di ginjal.<br />
• Stadium III adalah satu dari yang berikut: Tumor tidak meluas diluar ginjal, namun sel-sel kanker telah menyebar melalui sistim getah bening ke suatu simpul getah bening yang berdekatan; atau tumor telah menyerang kelenjar adrenal atau lapisan-lapisan dari lemak dan jaringan yang berserabut yang mengelilingi ginjal, namun sel-sel kanker masih belum menyebar diluar jaringan berserabut. Sel-sel kanker mungkin ditemukan pada satu simpul getah bening yang berdekatan; atau sel-sel kanker telah menyebar dari ginjal ke satu pembuluh darah yang besar yang berdekatan. Sel-sel kanker mungkin ditemukan pada satu simpul getah bening yang berdekatan.<br />
• Stadium IV adalah satu dari yang berikut: Tumr meluas diluar jaringan berserabut yang mengelilingi ginjal; atau sel-sel kanker ditemukan pada lebih dari satu simpul getah bening yang berdekatan; atau kanker telah menyebar ke tempat-tempat lain didalam tubuh seperti paru-paru.<br />
• Kanker yang kambuh adalah kaker yang telah kembali (kambuh) setelah perawatan. Ia mungkin kembali di ginjal atau di bagian lain tubuh.<br />
<br />
PENGOBATAN<br />
<br />
Saat ini pengobatan standar untuk kanker yang masih terbatas di ginjal adalah pembedahan untuk mengangkat seluruh ginjal (nefrektomi simplek atau nefrotomi radikal).<br />
Pada nefrektomi radikal, dilakukan pengangkatan ginjal dan kelanjar adrenal diatasnya, jaringan di sekitar ginjal serta beberapa kelenjar getah bening.<br />
Pada nefrektomi simplek, dilakukan pengangkatan ginjal saja.<br />
<br />
Pada prosedur embolisasi arteri, disuntikkan suatu zat khusus ke dalam pembuluh darah yang menuju ke ginjal. Dengan menyumbat pembuluh ini, tumor akan kekurangan oksigen dan zat gizi lainnya.<br />
Embolisasi arteri bisa digunakan sebelum pembedahan atau untuk mengurangi nyeri dan perdarahan jika pembedahan tidak mungkin dilakukan.<br />
Embolisasi arteri bisa menyebabkan mual, muntah atau nyeri yang bersifat sementara.<br />
<br />
Terapi penyinaran biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri pada kanker yang telah menyebar ke tulang.<br />
Efek samping dari terapi penyinaran adalah kulit di tempat penyinaran menjadi merah atau gatal, mual dan muntah.<br />
<br />
Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis, misalnya interferon atau interleukin-2.<br />
Secara normal, zat tersebut dihasilkan oleh tubuh dan juga dibuat di laboratorium untuk membantu mengobati penyakit.<br />
Efek samping yang timbul berupa menggigil, demam, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.<br />
<br />
<br />
PROGNOSIS<br />
<br />
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.<br />
<br />
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena kava, tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar dengan cepat, terutama ke paru-paru.<br />
<br />
Jika kanker telah menyebar ke tempat yang jauh, maka prognosisnya jelek karena tidak dapat diobati dengan penyinaran, kemoterapi maupun hormon.<br />
<br />
Di postingkan oleh:<br />
indra setia permana<br />
NIM 05200ID09053<br />
Kelas 2Bkmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-20830286787128127712011-04-13T20:22:00.001-07:002011-04-13T20:22:50.778-07:00TRAUMA PADA GINJALTRAUMA (RUPTUR) GINJAL<br />
<br />
I. Pendahuluan<br />
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.<br />
<br />
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh. Trauma ini biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12. Jika terdapat hematuria kausa trauma harus dapat diketahui. Laserasi ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum.<br />
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien, mendiagnosis trauma dan memutuskan penanganan terapi secepat mungkin. Penanganan yang efisien dengan tehnik resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk menjelaskan manajemen klinik yang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang sangat penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang besar dalam diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur tangan dari radiologis menolong penanganan trauma arterial dengan menggunakan angiografi dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian yang penting dar trauma, radiologi harus menyediakan konsultasi emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul pada daerah abdominal.<br />
<br />
II. Etiologi<br />
Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal terjadi akibat trauma tumpul. Secara umum, trauma ginjal dibagi dalam tiga kelas : laserasi ginjal, kostusio ginjal, dan trauma pembuluh darah ginjal. Semua kelas tersebut memerlukan indeks pengetahuan klinik yang tinggi dan evaluasi serta penanganan yang cepat.(6)<br />
III. Epidemiologi<br />
Laju mortalitas dan morbiditas trauma (ruptur) ginjal bervariasi tergantung dari beratnya trauma yang terjadi, derajat trauma yang mengenai organ lainnya dan rencana pengobatan yang digunakan. Oleh karena itu, pilihan penanganan harus mempertimbangkan angka mortalitas dan morbiditas. Secara keseluruhan, dengan tekhnik penanganan modern, laju pemeliharaan ginjal mencapai 85-90%.<br />
<br />
IV. Insidensi<br />
Frekuensi trauma ginjal agak tergantung pada jumlah populasi yang ada. Jumlah trauma (ruptur) ginjal kira-kira 3% dari keseluruhan jenis trauma dan 10% dari pasien tersebut masuk dalam trauma abdominal.<br />
Trauma (ruptur) ginjal merupakan trauma urologi yang paling sering terjadi, terjadi 8-10% dari pasien dengan disertai trauma pada abdomen. Dari penelitian Baverstock (2001) dan Sagalowsky (1983) trauma tumpul merupakan penyebab terbanyak dengan jumlah sebesar 80% dari trauma ginjal. Di antara pasien dengan hematuria, tercatat trauma ginjal sebesar 25%; dimana kurang dari 1% pasien dengan mikrohematuria yang memiliki trauma ginjal (Cass, 1986; Nicolaisen, 1985; Herschorn, 1991; McAndrew, 1994).<br />
<br />
V. Anatomi Ginjal<br />
Normalnya sepasang ginjal terletak terbaring pada rongga peritoneal pada daerah tengah menuju daerah posterior dinding abdomen. Secara umum, kedua ginjal tersebut bertugas sebagai alat yang menyaring sampah-sampah dan mengeluarkan bahan yang tidak digunakan dari darah menuju ke traktus urinarius bagian bawah. Pada bagian belakang, kedua ginjal berbatasan dengan otot psoas dan otot lumborum; pada bagian atas, ginjal berhubungan dengan diafragma dan kelanjar suprarenal. Karena ginjal terletak kira-kira antara vertebra thorakal 12 dan vertebra lumbal ketiga, kedua ginjal tersebut dilindungi oleh sebagian costa inferior.<br />
<br />
VI. Patofisiologi<br />
Trauma (ruptur) ginjal dapat terjadi oleh karena beragam mekanisme. Di Amerika Serikat, kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab terbanyak dari trauma tumpul abdominal yang menyebabkan trauma ginjal. Selain itu, jatuh dari ketinggian termasuk luka tembakan, merupakan penyebab selebihnya. Pada kasus jarang, trauma ginjal terjadi oleh karena penyebab iatrogenic (contohnya angiomyolipoma) yang dapat bermanifestasi dengan perdarahan setelah trauma minor.(12)<br />
Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal muncul dengan gejala hematuria (95%), yang dapat menjadi besar pada beberapa trauma ginjal yang berat. Akan tetapi, trauma vaskuler ureteropelvic (UPJ), hematuria kemungkinan tidak tampak. Oleh karena, sebagian besar penanganan trauma, termasuk trauma ginjal, membutuhkan sedikit prosedur invasif (Baverstock, 2001; Moudouni, 2001; Santucci, 2001), maka pemeriksaan radiologi sangatlah penting. Dengan pemeriksaan yang akurat dari radiologi pasien dapat ditangani dengan optimal secara konservatif dari penanganan pembedahan.<br />
Berdasarkan American Association for the surgery of Trauma (AAST), trauma (ruptur) ginjal terbagi dalam beberapa derajat :<br />
1. Grade I<br />
- Hematuria dengan pemeriksaan radiologi yang normal<br />
- Kontusio<br />
- Hematoma subkapsular non-ekspanding<br />
2. Grade 2<br />
- Hematoma perinefrik non-ekspanding yang terbatas pada retroperitoneum.<br />
- Laserasi kortikal superficial dengan kedalaman kurang dari 1 cm tanpa adanya trauma pada sistem lain.<br />
3. Grade 3<br />
Laserasi ginjal yang kedalamannya lebih dari 1 cm tidak melibatkan sistem lainnya.<br />
4. Grade 4<br />
- Laserasi ginjal yang memanjang mencapai ginjal dan sistem lainnya.<br />
- Trauma yang melibatkan arteri renalis utama atau vena dengan adanya hemoragik<br />
- Infark segmental tanpa disertai laserasi<br />
- Hematoma pada subkapsuler yang menekan ginjal<br />
5. Grade 5<br />
- Devaskularisasi ginjal<br />
- Avulse ureteropelvis<br />
- Laserasi lengkap atau thrombus pada arteri atau vena utama<br />
<br />
VII. Diagnostik<br />
Untuk diagnostik pada penyakit ini didasarkan pada manifestasi klinis, laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.<br />
<br />
VII.1. Manifestasi Klinis<br />
Tanda kardinal dari trauma (ruptur) ginjal adalah hematuria, yang dapat bersifat massif atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur dengan volume hematuria atau tanda-tanda luka. Tanda lainnya ialah adanya nyeri pada abdomen dan lumbal, kadang-kadang dengan rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri lokal. Jika pasien datang dengan kontur pinggang yang kecil dan datar, kita dapat mensuspeknya dengan hematoma perinefrik. Pada kasus perdarahan atau efusi retroperitoneal, trauma ginjal kemungkinan dihubungkan dengan ileus paralitik, yang bisa menimbulkan bahaya karena membingungkan untuk didiagnosis dengan trauma intraperitoneal.(15)<br />
Dokter harus memperhatikan fraktur iga, fraktur pelvis atau trauma vertebra yang dapat berkembang menjadi trauma ginjal. Nausea dan vomiting dapat juga ditemukan. Kehilangan darah dan shock kemungkinan akan ditemukan pada perdarahan retroperitoneal.<br />
<br />
VII.2. Laboratorium<br />
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah urinalisis. Pada pemeriksaan ini diperhatikan kekeruhan, warna, pH urin, protein, glukosa dan sel-sel. Pemeriksaan ini juga menyediakan secara langsung informasi mengenai pasien yang mengalami laserasi, meskipun data yang didapatkan harus dipandang secara rasional. Jika hematuria tidak ada, maka dapat disarankan pemeriksaan mikroskopik. Meskipun secara umum terdapat derajat hematuria yang dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah dilaporkan juga kalau pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak disertai hematuria. Akan tetapi harus diingat kalau kepercayaan dari pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal masih didapatkan kesulitan.<br />
<br />
VII.3. Radiologi<br />
Cara-cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: foto polos abdomen, pielografi intravena, urografi retrograde, arteriografi translumbal, angiografi renal, tomografi, sistografi, computed tomography (CT-Scan), dan nuclear Magnetic resonance (NMR).<br />
<br />
VII.3.1. Intravenous Pyelography (IVP)<br />
Tujuan pemeriksaan IVP adalah (1) untuk mendapatkan perkiraan fungsional dan anatomi kedua ginjal dan ureter, (2) menentukan ada tidaknya fungsi kedua ginjal, dan (3) sangat dibutuhkan pada bagian emergensi atau ruangan operasi.<br />
Sedangkan kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini memerlukan gambar multiple untuk mendapatkan informasi maksimal, meskipun tekhnik satu kali foto dapat digunakan; (2) dosis radiasi relative tinggi (0,007-0,0548 Gy); (3) gambar yang dihasilkan tidak begitu memuaskan.<br />
<br />
VII.3.2. Computed Tomography (CT)<br />
Computed Tomography (CT) merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menilai traktus urinarius. Pemeriksaan ini dapat menampakan keadaan anatomi traktus urinarius secara detail. Pemeriksaan ini menggunakan scanning dinamik kontras.<br />
<br />
Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah (1) memeriksa keadaan anatomi dan fungsional ginjal dan traktus urinarius, (2) membantu menentukan ada atau tidaknya gangguan fungsi ginjal dan (3) membantu diagnosis trauma yang menyertai.<br />
<br />
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini memerlukan kontas untuk mendapatkan informasi yang maksimal mengenai fungsi, hematoma, dan perdarahan; (2) pasien harus dalam keadaan stabil untuk melakukan pemeriksaan scanner; dan (3) memerlukan waktu yang tepat untuk melakukan scanning untuk melihat bladder dan ureter.<br />
<br />
VII.3.3. Ultrasonografi (USG) Renal<br />
Keuntungan pemeriksaan ini adalah (1) non-invasif, (2) dapat dilakukan bersamaan dengan resusitasi, dan (3) dapat membantu mengetahui keadaan anatomi setelah trauma.<br />
<br />
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) memerlukan pengalaman sonografer yang terlatih, (2) pada pemeriksaan yang cepat sulit untuk melihat mendeskripsikan anatomi ginjal, dimana kenyataannya yang terlihat hanyalah cairan bebas, (3) trauma bladder kemungkinan akan tidak dapat digambarkan.<br />
<br />
VII.3.4. Angiography<br />
Keuntungan pemeriksaan ini adalah (1) memiliki kapasitas untuk menolong dalam diagnosis dan penanganan trauma ginjal, dan (2) lebih jauh dapat memberikan gambaran trauma dengan abnormalitas IV atau dengan trauma vaskuler.<br />
<br />
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini invasif, (2) pemeriksaan ini memerlukan sumber-sumber mobilisasi untuk melakukan pemeriksaan, seperti waktu; (3) pasien harus melakukan perjalanan menuju ke ruang pemeriksaan.<br />
<br />
VII.3.5. Magnetic Resonannce Imaging (MRI)<br />
MRI digunakan untuk membantu penanganan trauma ginjal ketika terdapat kontraindikasi untuk penggunaan kontras iodinated atau ketika pemeriksaan CT-Scan tidak tersedia. Seperti pada pemeriksaan CT, MRI menggunakan kontas Gadolinium intravena yang dapat membantu penanganan ekstravasasi sistem urinarius. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksan terbaik dengan sistem lapangan pandang yang luas.<br />
<br />
VIII. Penatalaksanaan<br />
Tujuan dari penanganan penyakit ini adalah mencegah gejala-gejala darurat dan penanganan komplikasi. Analgesik dibutuhkan untuk mengurangi rasa sakit. Hospitalisasi dan observasi tertutup dibutuhkan karena resiko perdarahan tertutup dari trauma ginjal. Perdarahan yang cukup berat membutuhkan pembedahan keseluruhan ginjal (nefroktomi) untuk mengontrol perdarahan. Pembedahan dilakukan untuk mengontrol perdarahan termasuk drainase pada ruang sekitar ginjal. Kadang-kadang angio-embolisasi dapat menghentikan perdarahan. Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki keadaan parenkim ginjal dan vaskularisasinya. Dimana tekhnik yang akan dilakukan tergantung pada lokasi terjadinya trauma. Pengobatan non-bedah termasuk istirahat selama 1-2 minggu atau selama perdarahan berkurang, adanya nyeri, dan observasi tertutup dan penanganan gejala-gejala dari gagal ginjal. Pengobatan ini juga harus diimbangi dengan retriksi diet dan penanganan gagal ginjal.<br />
<br />
IX. Prognosis<br />
Hasil yang didapatkan dari pengobatan bervariasi tergantung pada penyebab dan luasnya trauma (ruptur). Kerusakan kemungkinan ringan dan reversible, kemungkinan membutuhkan penanganan yang sesegera mungkin dan munkin juga menghasilkan komplikasi.<br />
<br />
X. Komplikasi<br />
Komplikasi tercepat terjadi dalam 4 minggu setelah trauma dan termasuk ekstravasasi urin dan bentuk urinoma, yang disertai perdarahan, infeksi urinoma dan abses perinefrik, sepsis, fistula arteriovenous, pseudoanerysma dan hipertensi.<br />
Komplikasi yang lama termasuk hironefrosis, hipertensi, bentuk kalkulus, dan pyelonefritis kronik. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Husman dan Moris didapatkan bahwa komplikasi lebih banyak ditemukan pada pasien yang devaskularisasi dibandingkan dengan pasien yang vaskularisasi.<br />
Komplikasi infeksi pada sistem urinari dan abses perinefrik umumnya didapatkan pada pasien yang belum dilakukan pembedahan<br />
<br />
di poting oleh:<br />
Mia Megantika<br />
NIM 05200ID09059kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-11575373871076994282011-04-13T05:09:00.000-07:002011-04-13T05:09:29.754-07:00Cangkok GinjalPengertian Transplantasi Ginjal (cangkok Ginjal)<br />
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak. Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.<br />
<br />
<br />
Proses Transplantasi Ginjal<br />
Dokter bedah akan meletakkan ginjal di dalam perut sebelah bawah, kemudian menghubungkan pembuluh darah dan saluran kencing (ureter) ginjal baru tersebut ke pembuluh darah dan ureter penderita. Setelah terhubung, ginjal akan dialiri darah yang akan dibersihkan. Air kencing (urine) biasanya langsung diproduksi. Tetapi beberapa keadaan, urine diproduksi bahkan setelah beberapa minggu. Ginjal lama kita yang dua buah akan dibiarkan di tempatnya. Tetapi jika ginjal tersebut menyebabkan infeksi atau menimbulkan penyakit darah tinggi, maka harus diangkat.<br />
<br />
Persiapan Transplantasi<br />
Bicarakan dengan dokter anda mengenai transplantasi yang akan dijalani, karena tidak semua orang cocok untuk transplantasi. Beberapa kondisi dapat membuat proses transplantasi berbahaya atau tidak mungkin berhasil.<br />
Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau dari donor hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan - biasanya pasangan atau teman. Jika anda tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk memperoleh ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut dapat berlangsung bertahun-tahun.<br />
Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru tersebut.<br />
Golongan darah. Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling penting.<br />
Human leukocyte antigens (HLAs). Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.<br />
Uji silang antigen. Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan.<br />
Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam. Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-up hasil pencangkokan. Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2 sampai 3 hari.<br />
<br />
Komplikasi<br />
Setelah transplantasi, dokter akan memberikan penderita obat imunosupresan, yang berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus diminum setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain.<br />
Obat imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi. Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.<br />
<br />
H. Keuntungan dan Kekurangan Transplantasi Ginjal<br />
1. Keuntungan Transplantasi Ginjal<br />
Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.<br />
Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".<br />
Penderita tidak perlu melakukan dialisis<br />
Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.<br />
2. Kekurangan Transplantasi Ginjal<br />
Butuh proses pembedahan besar.<br />
Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.<br />
Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.<br />
Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek samping.<br />
<br />
ASKEP TRANSPLANTASI GINJAL<br />
Konsep Dasar<br />
1. Pengertian Transplantasi Ginjal<br />
Menurut Brunner and Suddarth<br />
Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup atau kadaver menusia resipein yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir.<br />
Menurut www.goegle.com<br />
transplantasi ginjal dapat dilakukan secara “cadaveric” (dari seseorang yang telah meninggal) atau dari donor yang masih hidup (biasanya anggota keluarga). Ada beberapa keuntungan untuk transplantasi dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus, donor dapat dites secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut cenderung memiliki jangka hidup yang lebih panjang.<br />
2. Etiologi<br />
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir).<br />
3. Beberapa terminologi dalam transplantasi, yaitu<br />
a. Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu yang sama.<br />
b. Isograft adlah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari saudara kembar.<br />
c. Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu dain dalam spesies yang sama.<br />
d. Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari spesies yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang ditransplantasikan kepada manusia.<br />
4. Komplikasi<br />
a. Penolakan pencangkokan<br />
Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang dikenal oleh tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen dari kesesuaian organ asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik, yaitu hiperakut, akut, dan kronis.<br />
b. Infeksi<br />
Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang paling serius memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman dulu. Infeksi sistem urine, pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.<br />
c. Komplikasi sistem urinaria<br />
Salah satunya adalah terputusnya ginjal secara spontan. Komplikasi yang lain adalah bocornya urine dari ureteral bladder anastomosis yang menyebabkan terjadinya urinoma yang dapat memberi tekanan pada ginjal dan ureter yang mengurangi fungsi ginjal.<br />
d. Komplikasi kardiovaskular<br />
Komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hipertensi dapat terjadi pada 50%-60% penderita dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya stenosis arteri ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan pencangkokkan jenis kronik dan akut, hidronefrosis.<br />
e. Komplikasi pernafasan<br />
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah komplikasi pernafasan yang sering terjadi.<br />
f. Komplikasi gastrointestinal<br />
Hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan hepatotoksik.<br />
g. Komplikasi kulit<br />
Karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka dapat menjadi lama karena status nutrisi yang kurang, albu,in serum yang sedikit dan terapi steroid.<br />
h. Komplikasi-komplikasi yang lain<br />
Sistem lain juga diakibatkan oleh komplikasi sesudah pencangkokan diabetes militus yang disebabkan oleh steroid, mungkin bisa berkembang. Akibat terhadap muskuluskeletal yang termasuk adalah osteoporosis dan miopaty. Nekrosis tulang aseptik adalah utamanya disebabkan oleh terapi kortikosteroid. Masalah reproduksi yang digambarkan dalam frekuensi CRF muncul setelah transplantasi.<br />
i. Kematian<br />
Rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya 10%. Hal ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kematian yang berarti dalam dua dekade yang lalu, sebelumnya tingkat ketahanan hidup hanya 40-50%. Khususnya rata-rata kematian yang menurun yang diakibatkan oleh infeksi pada dua tahun pertama setelah dua tahun pencangkokkan telah terjadi.<br />
<br />
5. Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis<br />
a. Lama hidup ginjal cangkok (Graft Survival)<br />
Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan antigen antara donor dan resipien. Waktu paruh ginjal cangkok pada HLA identik 20-25 tahun, HLA yang sebagian cocok (one-haplotype match) 11 tahun dan pada donor jenazah 7 tahun. Lama hidup ginjal cangkok pada pasien diabetes militus lebih buruk daripada non diabetes.<br />
b. Lama hidup pasien (Patient Survival)<br />
Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien dalam jangka panjang. Lama hidup pasien yang mendapat donor ginjal hidup lebih baik dibanding donor jenasah, mungkin karena pada donor jenasah memerlukan lebih banyak obat imonosupresi. Misalnya pada pasien yang ginjal cangkoknya berfungsi lebih dari satu tahun, didapatkan lama hidup pasien 5 tahun (five live survival) pada donor hidup 93 % dan pada donor jenasah 85 % penyakit eksternal seperti diabetes militus akan menurunkan lama hidup pasien.<br />
6. Faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan transplantasi ginjal<br />
Transplantasi ginjal merupakan transplantasi yang paling banyak dilakukan dibanding transplantasi organ lain dan mencapai lam hidup paling panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan transplantasi ginjal terdiri faktor yang bersangkut paut dengan donor, resipien, faktor imunologis, faktor pembedahan antara lain penanganan pra-operatif dan paska operasi.<br />
a. Donor ginjal<br />
Kekurangan ginjal donor merupakan masalah yang umum dihadapai di seluruh dunia. Kebanyakan negara maju telah menggunakan donor jenasah (cadaveric donor). Sedangkan negara-negara di Asia masih banyak mempergunakan donor hidup (living donor). Donor hidup dapat berasal dari individu yang mempunyai hubungan keluarga (living related donor) atau tidak ada hubungan keluarga (living non related donor). Kemungkinan mempergunakan donor hidup bukan keluarga berkembang menjadi suatu masalah yang peka, yaitu komersialisasi organ tubuh.<br />
<br />
• Donor hidup<br />
Donor hidup, khususnya donor hidup yang mempunyai hubungan keluarga harus memnuhi beberapa syarat :<br />
a) Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun.<br />
b) Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.<br />
c) Kedua ginjal normal.<br />
d) Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam waktu jangka yang lama.<br />
e) Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah (cross match).<br />
f) Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada resepien.<br />
g) Sehat mental.<br />
h) Toleransi operasi baik.<br />
Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis lengkap; termasuk tes fungsi ginjal, pemeriksaan golongan darah dan sistem HLA, petanda infeksi virus (hepatitis B, hepatitis C, CMV, HIV), foto dada, ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.<br />
• Donor jenazah<br />
Donor jenazah berasal dari pasien yang mengalami mati batang otak akibat kerusakan otak yang fatal, usia 10-60 tahun, tidak mempunyai penyakit yang dapat ditularkan seperti hepatitis, HIV, atau penyakit keganasan (kecuali tumor otak primer). Fungsi ginjal harus baik sampai pada saat akhir menjelang kematian. Panjang hidup ginjal transplantasi dari donor jenasah yang meninggal karena strok, iskemia, tidak sebaik meninggal karena perdarahan subaracnoid.<br />
b. Resipien Ginjal<br />
Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani transplantasi ginjal harus dinilai oleh tim transplantasi. Setelah itu dilakukan evaluasi dan persiapan untuk transplantasi. Frekuensi dialisis menjadi lebih sering menjelang opersi untuk mencapai keadaan seoptimal mungkin pada saat menjalani operasi. <br />
Dilakukan pemeriksaan jasmani yang teliti untuk menetapkan adanya hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer dan penyakit jantung koroner, ulkus peptikum dan keadaan saluran kemih. Disamping itu pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk pertanda infeksi virus (hepatitis, CMV, HIV) foto dada, USG, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan gigi geligi dan THT.<br />
Resipien yang potensial untuk transplantasi ginjal<br />
a) Dewasa<br />
b) Pasien yang kesulitan menjalani hemodialisis dan CAPD.<br />
c) Saluran kemih bawah harus normal bila ada kelainan dikoreksi terlebih dahulu.<br />
d) Dapat mnejalani terapi imunosupresi dalam jangka waktu lama dan kepatuhan berobat tinggi.<br />
Kontra indikasi<br />
a) Infeksi akut : tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.<br />
b) Infeksi kronik, bronkietaksis.<br />
c) Aterotema yang berat.<br />
d) Ulkus peptikum yang aktif.<br />
e) Penyakit keganasan.<br />
f) Mal nutrisi<br />
c. Imunologi transplantasi<br />
Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi dengan ginjal resepien agar transplantasi berhasil baik. Golongan darah (ABO) yang sama merupakan syarat yang utama. Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal dinilai dengan memeriksa pola HLA.<br />
Bila ginajal yang dicontohkan tidak cocok secara imunologis akan timbul reaksi rejeksi. Reaksi ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak be3nda asing yang masuk ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi yang dikenal pada transplantasi ginjal, yaitu :<br />
1. Reaksi hiperakut<br />
Terjadi segera dengan beberapa menit atau beberapa jam setelah klem pembuluh darah dilepas. Disebabkan adanya antibodi terhadap sistem ABO atau sistem HLA yang tidak cocok. Rejeksi hiperaktif tidak bisa diatasi harus dilaksanakan nefrektomi ginjal cangkok. Rejeksi hiperakut saat ini jarang terjadi oleh karena dapat dihindarkan dengan pemeriksaan reaksi silang.<br />
2. Rejeksi akut<br />
Biasanya terjadi dalam waktu 3 bulan pasca transplantasi, dapat dicetuskan oleh penghentian atau pengurangan dosis obat imunoisupresi. Manifestasi klinis : demam, mialgia malaise, nyeri pada ginjal baru, produksi urine menurun, berat badan meningkat, tekanan darah naik, kreatinin serum meningkat, histopatologi.<br />
Terapi rejeksi akut :<br />
a. Metil prednisolon: 250 mg-1 gr IV/hari selama 3 hari. Respon umumnya setelah didapatkan 3 hari.<br />
b. ALG (anti limphocyte globulin), ATG (anti thympocyte globulin) atau antibodi monoklonsl (OKT-3) sebagai terapi alternatif bila tidak teratasi.<br />
3. Rejeksi kronik<br />
Terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca transplantasi. Pada rejeksi kronik terjadi penurunan fungsi ginjal cangkok. Belum ada pengobatan yang spesifik untuk mengobati rejeksi kronik.<br />
7. Persiapan pembedahan (Pra-Operatif dan perioperatif)<br />
Persiapan pra-operatif untuk calon resipien bertujuan untuk :<br />
• Menilai kemampuan menjalani operasi besar.<br />
• Menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka waktu yang lama.<br />
• Menilai status vaskular tempat anastomosis.<br />
• Menilai traktus urinarius bagian bawah.<br />
• Menghilangkan semua sumber infeksi.<br />
• Menilai dan mempersiapkan unsur psikis.<br />
Persiapan pra-operatif untuk calon donor bertujuan untuk ;<br />
• Menilai kerelaan (tak ada unsur paksaan atau jual beli)<br />
• Menilai kemampuan untuk nefrektomi<br />
• Menilai akibat jangka panjang ginjal tunggal<br />
• Menilai kemungkinan anastomosis<br />
• Menilai kecocokan golongan darah ABO, HLA dan crossmatch.<br />
<br />
8. Obat-obat imunosupresi<br />
Untuk mencegah terjadinya rejeksi, kepada pasien yang mengalami transplantasi ginjal diberikan obat-obat imunosupresi. Pilihan obat, kombinasi obat serta dosis obat tergantung kepada respons dan kecocokan antara antigen donor dengan resepien disamping faktor lain.<br />
<br />
<br />
<br />
Oleh :Restu Pratiwi 05200ID09064 2Bkmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-77154026248277351902011-04-12T22:58:00.000-07:002011-04-13T20:17:08.405-07:00HemodialisaA. Pengertian Hemodialisa<br />
Menurut Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.<br />
Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher & Wilcox, 1997).<br />
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006).<br />
<br />
B. Indikasi<br />
Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi.<br />
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.<br />
Kemudian Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (1997) juga menyebutkan bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi khusus adalah perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.<br />
<br />
C. Kontra Indikasi<br />
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).<br />
<br />
D. Tujuan<br />
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :<br />
1) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.<br />
2) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.<br />
3) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.<br />
4) Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.<br />
<br />
E. Proses Hemodialisa<br />
Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa berfungsi mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran darah melewati suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk dialisat dan sirkuit darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh efisiensi maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan ukuran membran dalam alat dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan mempengaruhi pemindahan larutan (Tisher & Wilcox, 1997).<br />
Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring dan membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodialisa diperlukan akses vaskuler sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin hemodialisa (NKF, 2006).<br />
Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah dialisat ataupun dalam arah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang tersusun pararel. Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan dialisat membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena memiliki permukaan yang luas akibat adanya banyak tabung kapiler (Price & Wilson, 1995).<br />
Menurut Corwin (2000) hemodialisa adalah dialisa yang dilakukan di luar tubuh. Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk ke dalam sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah darah selesai dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan ke dalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt).<br />
Selanjutnya Price dan Wilson (1995) juga menyebutkan bahwa suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi untuk dialisat. Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan kembali ke pasien melalui jalur vena. Dialisat membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa. Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan dialisat terjadi sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi.<br />
Kemudian menurut Price dan Wilson (1995) komposisi dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-unsur yang umum terdiri dari Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl- , asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Natrium asetat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam dialisat, akan berdifusi ke dalam darah. Tujuan menambahkan asetat adalah untuk mengoreksi asidosis penderita uremia. Asetat dimetabolisme oleh tubuh pasien menjadi bikarbonat. Glukosa dalam konsentrasi yang rendah ditambahkan ke dalam dialisat untuk mencegah difusi glukosa ke dalam dialisat yang dapat menyebabkan kehilangan kalori dan hipoglikemia. Pada hemodialisa tidak dibutuhkan glukosa dalam konsentrasi yang tinggi, karena pembuangan cairan dapat dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat.<br />
Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan hidrostatik dapat dicapai dengan meningkatkan tekanan positif di dalam kompartemen darah dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat dengan memainkan pengatur tekanan negatif. Perbedaaan tekanan hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan kecepatan difusi solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl 0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi penderita. Tekanan darah pasien mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk membantu aliran dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan aliran kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah atau gelembung udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien, maka hemodializer modern dilengkapi dengan monitor-monitor yang memiliki alarm untuk berbagai parameter (Price & Wilson, 1995).<br />
Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4–5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10–15 jam/minggu dengan QB 200–300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3–5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2–3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.<br />
Price dan Wilson (1995) menjelaskan bahwa dialisat pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemolisis sel-sel darah merah sehingga dapat menyebabkan pasien meninggal. Robekan pada membran dializer yang mengakibatkan kebocoran kecil atau masif dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran keluar dialisat. Hemodialisa rumatan biasanya dilakukan tiga kali seminggu, dan lama pengobatan berkisar dari 4 sampai 6 jam, tergantung dari jenis sistem dialisa yang digunakan dan keadaan pasien.<br />
<br />
Skema proses hemodialisa<br />
<br />
(National Kidney Foundation, 2001)<br />
<br />
<br />
<br />
F. Komplikasi Hemodialisa<br />
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:<br />
1) Kram otot<br />
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.<br />
2) Hipotensi<br />
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.<br />
3) Aritmia<br />
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.<br />
4) Sindrom ketidakseimbangan dialisa<br />
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.<br />
5) Hipoksemia<br />
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.<br />
<br />
<br />
6) Perdarahan<br />
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.<br />
7) Ganguan pencernaan<br />
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.<br />
Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.<br />
9) Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparinyang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
oleh:<br />
Leni Ardiani<br />
05200ID09056kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-48104214429468765542011-04-12T19:30:00.001-07:002011-04-12T19:32:39.923-07:00PERITONIUM DIALISAPERITONIUM DIALISA<br />
<br />
A. Pengertian Dialisis Peritoniem<br />
Dialisis peritoneum adalah dialisis yang menggunakan membran peritoneum sebagai sarana petukaran cairan dialisis; berbeda dengan hemodialisis yang melalui pembuluh darah. Tujuan dialisis ialah mengeluarkan zat-zat toksik dari tubuh seperti ureum yang tinggi pada GGA atau GGK, atau racun didalam tubuh dan lain sebagainya.<br />
<br />
B. Indikasi<br />
Dibedakan indikasi klinik dan biokimis<br />
<br />
Indikasi Klinik:<br />
1. Gagal ginjal<br />
a. Akut, ditandai dengan oliguriamendadak dan gejala uremia.<br />
b. Kronik, gunanya untuk menopang kehidupan selama pasien dalam pengawasan atau untuk rencana transplantasi ginjal.<br />
2. Gagal jantung atau edema paru yang sukar diatasi.<br />
3. Keracunan yang menimbulkan gagal ginjal atau gagngguan keseimbangan cairan dan elektrolit.<br />
4. Keracunan obat mendadak dan perlu mengeluarkan obat tersebut.<br />
5. Gejala uremia mayor. Yang menunjukan adanya gagal ginjal akut/kronik yang telah terminal dengan gejala:<br />
a. Muntah sering, kejang, disorientasi, somnolen sampai koma.<br />
b. Tanda hidrasi berlebihan: edema paru, gagal jantung, hipertensi yang tidak terkendali.<br />
c. Perdarahan.<br />
Indikasi Biokimis<br />
1.Ureum darah lebi dari 250 mg%. Ureum sendiri tidak sangat toksik, tetapi diperlukan pemeriksaan ureum secara teratur selama dialisis.<br />
2. Kalium darah lebih dari 8 mEq/L. Peninggian kadar kalium darah lebih dari 8 mEq/L dapat menimbulkan atetmia jantung yang fatal.<br />
3. Bikarbonat darah kurang dari 12 mEq/L. Kadar bikarbonat darah yang rendah akan merupakan peluang terjadinya asidosis metabolik. Kadar bikarbonat plasma yang rendah secara klinik ditunj8ukan adanya pernafasan yang cepat dan dalam. Kontraindikasi mutlak pada hakekatnya tidak ada, tetapi harus hati-hati terhadap kemungkinan adanya peritonitis lokal, fistel atau kolostomi, penyakit abdomen, anastomosis pembuluh darah besar abdomen, perdarahan yang sukar diatasi.<br />
Dialisis dilakukan dokter di kamar yang aseptik.<br />
<br />
C. Persiapan yang diperlukan<br />
a. Persiapan cairan dialisis<br />
Cairan untuk dialisis ada tersendiri adalahg dexterose yang berkadar 1,5%, 4,25% dan 7%. Selain itu harus tersedia larutan KCL, larutan Natrium-Bikarbonat, Albumisol dan heparin 10 mg/ml. Untuk infus biasa diperlukan glukosa 5%-10%.<br />
b. Alat-alat untuk tindakan dialisis<br />
1. Set untuk dialisis (terdiri dari: Selang/kateter khusus yang telah dilengkapi denga klem. Kateter tersebut dimasukan kedalam rongga peritoneum dan bagian sebelah luar salah satu cabangnya dihubungkan dengan penampung urine (urine bag) atau kantong plastyikkhusus yang ada skalanya dan cabang yang lain ke botol cairan.<br />
2. Stylet atau bisturi kecil, trokar yang ssuai dengan ukuran kateter, pinset<br />
3. Sarung tangan steril<br />
4. Kasa dan kapas lidi steril<br />
5. Arteri klem 2<br />
6. Spuit 2 cc, 5 cc, 10 cc dan 20 cc<br />
7. Desinfektan: yodium/betadin 10% alkohol 70%<br />
8. Novocain 2%<br />
9. Gunting, plester, pembalut<br />
10.Pengukat tanan atau kaki<br />
11.Bengkok<br />
12.Kertas untuk catatan<br />
13.Tempat pemanas cairan yang harus selalu terisi air panas (khusus bila ada untuk pemanas cairan yang elektrik).<br />
c. Persiapan pasien<br />
Bila pasien masih sadar diberitahukan dan diberikan dorongan moril agar pasien tidak takut. Satu jam sebelum dialisis dilaksanakan kulit pada permukaan perut sampai di daerah simpisis dibersihkan dengan air dan sabun kemudian sesudahnya dikompres dengan alkohol 70% sampai dialisis akan di mulai. Beritahukan pasien agar kompres tetap di tempatnya.<br />
Pasien dipasang infus. Kandung kemih dikosongkan. Pasien disuruh berkemih atau dipasang kateter. Pasang pengikat pada tangan dan kaki (sambil dibujuk dan ikatan jangan terlalu kencang).<br />
<br />
D. Pelaksanaan Dialisis<br />
Setelah dokter berhasil melakukan pemasangan kateter dialisis, pangkal kateter dihubungkan dengan selang pada kantong penampung cairan dialisis yang digantungkan pada sisi tempat tudur (satu pipa dihubungkan dengan selang cairan dialisis). Pasang klem pada selang pembuangan ini.<br />
Setelah persiapan selesai buka klem yang dari botol cairan dialisis; memasukan cairan ini berlangsung selama 15 menit untuk 1 botol cairan. Setelah cairan habis klem ditutup biarkan cairan berada didalam rongga peritoneum selama 30 menit. Banyaknya cairan yang dimasukan dimulai dari 30-40 ml/kg sampai maksimum 2 leter. Sesudah 30 menit.<br />
Buka klem yang ke pembuangan; cairan akan keluar dalam waktu 15 menit. Jika tidak ancar berarti ada gangguan, dan banyaknya cairan yang keluar harus sebanding dengan yang dimasukan.Pada uumnya kurang sedikit; tetapi jika trlalu banyak perbdaannya harus memberitahukan dokter.<br />
Bila cairan tidak kelur lagi,selangdi klem; masukn cairan dialisis dan selanjutnya dilakukan seperti siklus pertam. Siklus ini dapat sampai 24-36 kali sesuai dengan hasil pemeriksaan ureum. Ureum dikontrol setiap 3 jam selama dialisis berlangsung. Tesimeter dipasang menetap dan diukur secara periodik (sesuai petunjuk dokter dan melihat perkembangan pasiennya).<br />
Selama dialisis biasanya pasin boleh minum; kadang-kadang juga makan. Untuk mencegan sumbatan fibrin pada selang dialisis pada setip botol cairan dialisis ditambahkan 1.000 Unit Heparin. Biasanya dilakukan terutama pada permulaan dialisis.<br />
<br />
E. Komplikasi dialisis<br />
Komplikasi dialisis dapat terjadi disebabkan karena drainase, infeksi, syndrom di sekuilibrium dialisis dan masalah yang timbul akibat komposisi cairan. Komplikasi tersebut adalah:<br />
1. Nyeri abdomen berat.<br />
a. Biula terjadi saat pengisian abdomen. Tindakannya selang segera di jepit (diklem), pasien diubah posisinya misalnya didudukan. Jika tidak ada perbaikan kateter harus diperbaiki (oleh dokter). Nyeri hebat mendadak mungkin disebabkan ruptur peritoneum.<br />
b. Bila mengikuti drainase, isi kembali ke ruang abdomen dengan sebagian dialisat.<br />
2. Penyumbatan drain.<br />
a. Urut perut pasien dan ubah posisi pasien.<br />
b. Manipulasi kateter atau suntikan 20 ml dialisat dengan kuat untuk membebaskan sumbatan.<br />
c. Bila gagal, pindahkan kateter pada posisi lain.<br />
d. Berikan heparin pada dialisat untuk mengurangi pembekuan darah dan merendahkan fibrin.<br />
e. Kontrol dengan pemeriksaan sinar x.<br />
f. Bila ada perdarahan intraperitoneum yang masuk ke dalam kateter, kontrol kadar hematokit dialisat untuk menilai lama dan beratnya pendarahan.<br />
3. Hipokalsemia; dicegah dengan menambahkan 3,5-4 mEq/L kalsium per liter dialisat.<br />
4. Hidrasi berlebihan dapat diketahui dengan mengukur berat badan tiap 8 jam. Berat badan pasien akan turun 0,5-1% setiap hari. Jika meninggi berikan dialisat dextrose 2-7 % atau ke dalam cairan dialisat ditambahkan cairan dextrose 1,5% dan 7% berganti-ganti atau bersama-sama dengan perbandingan 1:1.<br />
5. Hipovolemia dapat diketahui denga mengukur tekanan darah dan mengawasi tanda-tanda renjatan. Jika ada berikan albumin 5% secara intravena atau infus dengan NaCl 0,9%.<br />
6. Hipokalemia ditentukan dengan cara mengukur kadar kalium darah dan mengawasi perubahan EKG yang terjadi (gejalanya: perut kembung, nadi lemah).<br />
7. Infeksi dicurigai bila cairan dialisat yang dikeluarkan keruh atau berwarna. Peritonitis terjadi biasanya karena kuman gram negatif atau streptococus aures. Berikan antibiotik.<br />
8. Hiperglikemi terjadi karena absorbsi glukosa dari dialisat. Bila kadar glukosa darah meningkat, koreksi dengan memberikan insulin dengan dosis yang sesuai.<br />
9. Hipoproteinemia timbul karena keluarnya protein dalam dialisat. Bila terjadi, tindakannya diberikan albumin atau plasma.<br />
10. Pneumoni dan atelektasis diberikan pengobatan baku.<br />
<br />
Sindrom disekuilibrium dialisis lebih sering terjadi pada hemodialisis. Dapat terjadi selama dialisis atau setelah 24 jam pertama yang ditandai oleh gejala kelemahan umum, mengantuk, bingung. Lebih berat terdapat gejala tegang, hipertensi, berhentinya pernafasan dan denyut jantung. Diduga patogenesisnyan karena meningginya osmolalitas cairan serebrospinal dibandingkan dengan cairan eksrtaseluler. Perbedaan osmolalitas menyebabkan masuknya cairan kedalam otak. Sindrom ini diatasi dengan pemberian glukosa hpertoik secara intravena dan diharap dapat mengubah perbedaan osmolalitas hingga kembali normal.<br />
Dapat terjadi, hiperglikemih nonketon sebagai akibat pengaruh osmosis glukosa yang memasuki ruang ekstraseluler selama dialisis yang tidak dimetabolisme secara sempurna pada saat uremia. Kadar glukosa dapat melampaui 500mg%. Untuk menurunkan kadar tersebut diperlukan insulin. Jika menggunakan cairan yang 7% dapat terjadi dehidrasi ekstraseluyler dan deplesi volume pembuluh darah yang menimbulkan renjatan.<br />
<br />
<br />
Dipostingkan oleh Awan Hermawan (05200ID09043)kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-67046359761538679902011-04-11T22:22:00.000-07:002011-04-11T22:22:49.743-07:00Tumor GinjalTUMOR GINJAL<br />
Tumor ginjal<br />
A. Pengertian<br />
Tumor Ginjal atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa.<br />
Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista (rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak.<br />
Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis.<br />
Klasifikasi Tumor Ginjal<br />
1. Tumor Jinak<br />
Tumor mulai pada sel-sel, blok-blok bangunan yang membentuk jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan membentuk organ-organ tubuh.<br />
Secara normal, sel-sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh memerlukan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka. Adakalanya proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk suatu massa dari jaringan yang disebut suatu pertumbuhan atau tumor.<br />
a. Hamartoma Ginjal<br />
Definisi<br />
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai ginjal. Lima puluh persen dari hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous sklerosis atau penyakit Bournville yaitu suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan retardasi mental, epilepsi, adenoma seseum dan terdapat hamartoma di retina, hepar, tulang, pankreas dan ginjal. Tumor ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria dengan perbandingan 4 : 1 (Basuki, 2003).<br />
b. Fibroma Renalis<br />
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis atau tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala klinis yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi tubulus di dekatnya.<br />
c. Adenoma Korteks Benigna<br />
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi didapat sekitar 20% dari seluruh autopsi yang dilakukan. Secara histologis tidak jelas perbedaannya dengan karsinoma tubulus renalis ; keduanya tersusun atas sel besar jernih dengan inti kecil. Perbedaannya ditentukan hanya berdasarkan ukurannya ; tumor yang berdiameter kurang dari 30 mm ditentukan sebagai tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat dipegang sebab karsinoma stadium awal juga mempunyai diameter kurang dari 30 mm. Proses ganas dapat terjadi pada adenoma korteks.<br />
d. Onkositoma<br />
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.<br />
e. Tumor Jinak Lainnya<br />
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal. Beberapa menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri atau merupakan predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi trauma.Tumor yang jarang ditemukan ialah tumor sel jukstaglomerulor yang memproduksi renin yang merupakan penyebab terjadinya hipertensi (Underwood, 2000). Jenis tumor lain yang pernah ditemui adalah lipoma dan leiomioma (De Jong, 2000)<br />
2. Tumor Ganas (Kanker)<br />
Tumor ginjal yang ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelium, yaitu karsinoma sel transisional atau berasal dari sel epitel ginjal atau adenokarsinoma, yaitu tumor Grawitz atau dari sel nefroblas, yaitu tumor Wilms.<br />
a. Adenokarsinoma Ginjal<br />
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur lebih dari 50 tahun.<br />
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 2 : 1. Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada usia lanjut (setelah usia 40 tahun), tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih muda.<br />
Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor (Basuki, 2003).<br />
<br />
B. Asuhan Keperawatan<br />
<br />
a. Etiologi<br />
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah secara wajar. Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya.<br />
Hal ini akan menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang dikenal sebagai tumor.<br />
Tidak semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas disebut tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan merusak jaringan di sekitarnya.<br />
Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah atau sistem getah bening dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya (proses ini dikenal sebagai metastase tumor).<br />
Tanpa penanganan proses lokal ini meluas dengan bertumbuh terus ke dalam jaringan sekelilingnya dan dengan bermetastasis menyebabkan kematian. Progesifitasnya berbeda-beda, karena itu periode sakit total bervariasi antara beberapa bulan dan beberapa tahun.<br />
Yang diindikasikan sebagai faktor etiologi ialah predisposisi genetik yang diperlihatkan dengan adanya hubungan kuat dengan penyakit Hippel-Lindau (hemangioblastoma serebelum, angiomata retina dan tumor ginjal bilateral) suatu kelainan herediter yang jarang (Underwood, 2000).<br />
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko terjadinya kanker ginjal. Merokok merupakan faktor resiko yang paling dekat dengan timbulnya kanker ginjal.<br />
Faktor resiko lainnya antara lain :<br />
• Kegemukan<br />
• Tekanan darah tinggi (hipertensi)<br />
• Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)<br />
• Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki resiko tinggi)<br />
• Penyinaran<br />
• Penyakit Von Hippel-Lindau.<br />
• Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti,tetapi juga di duga melibatkan faktor genetik.Kurang dari 2 % terjangkit karena faktor keturunan.Kebanyakan kasus terjadi secara sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang mempengaruhi perkembangan sel-sel di ginjal.Dapat berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu,seperti :<br />
Kelainan saluran kemih.<br />
Anridia ( tidak memiliki iris ).<br />
Hemyhipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh .<br />
Tumor bisa tumbuh cukup besar,tetapi biasanya tetap berada dalam kapsulnya.Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.Tumor Wilm’s di temukan pada 1 diantara 200.000 – 250.000 anak-anak.Biasanya umur rata-rata terjangkit kanker ini antara 3-5 tahun baik laki-aki maupun perempuan.<br />
b. Patofisiologi<br />
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi.<br />
Cara penyebaran bisa secara langsung menembus simpai ginjal ke jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh limfe atau v. Renalis. Metastasis tersering ialah ke kelenjar getah bening ipsilateral, paru, kadang ke hati, tulang , adrenal dan ginjal kontralateral (De Jong, 2000).<br />
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal.Tumor tersebut tumbuh dengan cpat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau enyimpang ke luar renal.Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.<br />
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor.Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan homogen,lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat ).Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakana sebagai suatu massa abdomen.Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.<br />
Munculnya tumor Wim’s sejak dalam perkembangan embrio dan aka tumbuh dengan cepat setelah lahir.Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering terjadi nekrosis,cystic dan perdarahan.Terjadinya hipertensi biasanya terkait iskemik pada renal.<br />
IV. Stadium Tumor Wilm’s.<br />
Menurut NWTS (National Wilm’s Tumor Study ) setelah di lakukan tindakan Nefroktomi,tingkat penyebaran di bagi menjadi 5 stadium dan rekuren :<br />
1. Stadium I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat di eksisi sempurna.<br />
2. Stadium II : Tumor meluas keuar ginjal dan dapat di eksisi sempurna,mungkin telah mengadakan penetrasi ke jaringan lemak perirenal,limfonodi paraaorta atau ke vasa renalis.<br />
3. Stadium III : Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari biopsi atau ruptur yang terjadi sebelum atau selama operasi.<br />
4. Stadium IV : Metastasis ke hematogen,paru-paru,hati,tulang,dan otak.<br />
5. Stadium V : Tumor Bilateral.Rekuren = terjadi lagi kanker setelah di terapi,dapat di tempat pertama kali terjadi atau di organ lain.<br />
c. Manifestasi Klinis<br />
Jika tidak bersamaan dengan penyakit Tuberous sklerosis, hamartoma ginjal sering tanpa menunjukkan gejala dan kadang-kadang didapatkan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin dengan ultrasonografi abdomen(Basuki, 2003).<br />
Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan adalah : nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran kemih bagian atas dan kadang kala terdapat gejala perdarahan rongga retroperitonial(Basuki, 2003).<br />
Didapatkan ketiga tanda trias klasik berupa: nyeri pinggang, hematuria dan massa pada pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat invasi tumor ke dalam organ lain, sumbatan aliran urin atau massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal.<br />
Secara klinis kelainan ini terpaparkan sebagai keluhan hematuria.<br />
Febris yang disebabkan karena nekrosis tumor atau terbebasnya pirogen endogen oleh tumor ginjal.<br />
Hipertensi yang mungkin disebabkan karena: oklusi vaskuler akibat penekanan oleh tumor, terjadinya A-V (arteri-venous) shunting pada massa tumor atau hasil produksi subtansi pressor oleh tumor.Anemi karena terjadinya perdarahan intra tumoral<br />
Varikokel akut yang tidak mengecil dengan posisi tidur. Varikokel ini terjadi akibat obstruksi vena spermatika interna karena terdesak oleh tumor ginjal atau tersumbat oleh trombus sel-sel tumor<br />
Tanda-tanda metastasis ke paru atau hepar.<br />
Kadang-kadang ditemukan sindroma paraneoplastik, yang terdiri atas:<br />
(1) Sindroma Staufer (penurunan fungsi liver yang tidak ada hubungannya dengan metastasis pada hepar dengan disertai nekrosis pada berbagai area pada liver),<br />
(2) hiperkalsemia (terdapat pada 10% kasus kanker ginjal), (3) polisitemia akibat peningkatan produksi eritropoietin oleh tumor, dan (4) hipertensi akibat meningkatnya kadar renin(Basuki, 2003)<br />
Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut,perutnya membuncit ketika di bawa ke Dokter oleh orang tuanya, hematuri karena invasi tumor yang menembus sistem pelveokalises.Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terhadap protein tumor.Gejala lain yang bisa muncul adalah :<br />
1. Malaise ( merasa tidak enak badan) <br />
2. Anorexia<br />
3. Anemia<br />
4. Lethargi<br />
5. Hemihypertrofi<br />
6. Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada ( karena ada metastase ).<br />
d. Pemeriksaan Diagnostik<br />
Tumor Wilm’s di diagnosis dari perjalanan medis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.<br />
1) Pemeriksaan penunjang :<br />
- Ultrasound abdominal<br />
Terdapat massa padat pada perut ( retrperitoneal ) sebelah atas.<br />
- CT scan<br />
Dapat memberikan gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitarnya.<br />
- Foto Toraks<br />
Karena tingginya insiden metastase tumor ke paru-paru,maka setiap pasien dengan Tumor Wilm’s harus di lakukan pemeriksaan foto toraks.<br />
- Pemeriksaan darah dan urine<br />
Untuk menilai fungsi ginjal dan hati.<br />
- Biopsi<br />
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.<br />
- MRI Perut.<br />
- CBC,BUN,dan Kreatinin.<br />
- PIV dan Nefroktomi.<br />
2) Diagnosis Banding<br />
Hidronefrosis atau kista ginjal keduanya merupakan massa yang mempunyai konsistensi kistus nefroblastoma,biasanya keadaan pasien lebih buruk da pada pemeriksaan laboratorium kadar VMA ( Vanyl Mandelic Acid ) dalam urine mengalami peningkatan.<br />
e. Penatalaksanaan<br />
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. <br />
Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal disebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal.<br />
Pembedahan<br />
Nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneall total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.<br />
Radioterapi<br />
Tumor Wilms di kenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru.Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga di berikan radioterapi.Radioterapi dapat juga di gunakan untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.<br />
Kemoterapi<br />
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi, tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko rupture intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih mudah di reseksi total.<br />
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan Siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.<br />
Aktinomisin D<br />
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram.Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.<br />
Vinkristin<br />
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.<br />
<br />
Adriamisin<br />
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius, diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati sawar otak, dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.<br />
Cisplatin<br />
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.<br />
Siklofosfamid<br />
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.<br />
Prognosis<br />
Faktor yang mempengaruhi prognosis dan kelangsungan hidup jangka panjang adalah : <br />
Gambaran histologis<br />
Umur dan kesehatan anak secara umum saat di diagnosis<br />
Ukuran tumor primer<br />
Respon terhadap terapi<br />
Toleransi anak terhadap obat-obatan yang spesifik,prosedur atau terapi.<br />
Perkembangan terbaru dari penatalaksanaan.<br />
Prognosis dan kelangsungan jangka panjang pada setiap anak berbeda-beda<br />
f. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN TUMOR WILM’S<br />
( NEPHROBLASTOMA )<br />
I.Pengkajian<br />
1) Identitas Klien.<br />
2) Riwayat Penyakit Sekarang.<br />
3) Pengkajian Fisik.<br />
4) Pengkajian Perpola.<br />
1. Pola Nutrisi dan Metabolik.<br />
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun.Adanya mual,muntah,dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.BB meningkat karena adanya edema.Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.<br />
2. Pola Eliminasi.<br />
Eliminasi alvi tidak ada gangguan.Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguri,anuria,proteinuria,hematuria.<br />
3. Pola Aktivitas dan latihan.<br />
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia.Dalam perawatan,klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk di mulai bila tekanan darah udah normal selama satu minggu.Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot bantu napas,teraba massa,auskultasi terdengar rales,dispnea,ortopnea,dan pasien terlihat lemah ( kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan pembesaran jantung ),anemia,dan hipertensi yang di sebabkan oleh spasme pembuluh darah.<br />
4. Pola Tidur dan Istirahat.<br />
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremi,keletihan,kelemahan malaise,keemahan otot dan kehilangan tonus.<br />
5. Pola Kognitif dan Perseptual.<br />
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-gatal karena adanya uremia.Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.<br />
6. Persepsi Diri<br />
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine yang berwarna merah,adanya edema,serta perawatan yang lama.<br />
Terapi<br />
• Nefrektomi. Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula gerota.<br />
• Hormonal. Penggunaan terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya. <br />
• Imunoterapi. Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau dikombinasikan dengan interleukin saat ini sedang dicoba di negara-negara maju. Mahal biayanya.<br />
• Radiasi Eksterna. Radiasi eksterna tidak banyak memberi manfaat pada adenokarsinoma ginjal karena tumor ini adalah tumor yang radioresisten (Basuki, 2003).<br />
• Sitostatika. Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak memberikan manfaat pada tumor ginjal (Basuki, 2003).<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC<br />
http://kornelizsiki.blogspot.com/p/laporan-pendahuluan-tumor-wilms.html<br />
<br />
Diposting Oleh :<br />
<br />
Asep Gungun<br />
05200ID09042<br />
2Bkmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-58704520923166430612011-04-11T06:05:00.001-07:002011-04-11T06:05:36.391-07:00Gagal Ginjal AkutA. PENGERTIAN GAGAL GINJAL AKUT<br />
Adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A dan Ag. Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 )<br />
B. KLASIFIKASI :<br />
1. Gagal Ginjal Akut Prerenal<br />
2. Gagal Ginjal Akut Post Renal<br />
3. Gagal Ginjal Akut Renal<br />
Gagal Ginjal Akut Prerenal;<br />
Gagal ginjal akut Prerenal adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat dapat reversibel, bila ferfusi ginjal segera diperbaiki. Gagal ginjal akut Prerenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik/morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).<br />
Etiologi<br />
1.Penurunan Volume vaskular ;<br />
a. Kehilangan darah/plasma karena perdarahan,luka bakar.<br />
b. Kehilangan cairan ekstraselular karena muntah, diare.<br />
2. Kenaikan kapasitas vaskular<br />
a. sepsis<br />
b. Blokade ganglion<br />
c. Reaksi anafilaksis.<br />
3. Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung<br />
a. renjatan kardiogenik<br />
b. Payah jantung kongesti<br />
c. Tamponade jantung<br />
d. Distritmia<br />
e. Emboli paru<br />
f. Infark jantung.<br />
Gagal Ginjal Akut Posrenal<br />
GGA posrenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi, meskipun dapat juga karena ekstravasasi<br />
Etiologi<br />
1. Obstruksi<br />
a. Saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kristal dll.<br />
b. Tubuli ginjal : Kristal, pigmen, protein (mieloma).<br />
2. Ektravasasi.<br />
Gagal Ginjal Akut Renal<br />
1. GGA renal sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti :<br />
a. Glomerulonefritis<br />
b. Nefrosklerosis<br />
c. Penyakit kolagen<br />
d. Angitis hipersensitif<br />
e. Nefritis interstitialis akut karena obat, kimia, atau kuman.<br />
2.Nefrosis Tubuler Akut ( NTA )<br />
Nefropati vasomotorik akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA. Prerenal atau pengaruh bahan nefrotoksik.Bila iskemia ginjal sangat berat dan berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikol akut( NKA) dimana lesi pada umumnya difus pada seluruh korteks yang besifat reversibel.Bila lesinya tidak difus (patchy) ada kemungkinan reversibel.<br />
Pemeriksaan Laboratorium :<br />
1. Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.<br />
2. Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.<br />
3. Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.<br />
4. Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.<br />
5. Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.<br />
6. Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.<br />
7. Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.<br />
8. Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.<br />
9. PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.<br />
10. Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.<br />
11. Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.<br />
12. Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.<br />
13. Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.<br />
14. SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.<br />
15. Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.<br />
16. Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.<br />
Darah :<br />
1. Hb. : menurun pada adanya anemia.<br />
2. Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.<br />
3. PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.<br />
4. BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1<br />
5. Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.<br />
6. Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).<br />
7. Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.<br />
8. Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.<br />
9. Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.<br />
10. Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensial<br />
11. CT.Skan<br />
12. MRI<br />
13. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.<br />
C. PENGKAJIAN<br />
1. Aktifitas dan istirahat :<br />
a. gejala : Kelitihan kelemahan malaese<br />
b. Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.<br />
2. Sirkulasi.<br />
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat kehamilan).<br />
Disritmia jantung.<br />
Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).<br />
DVI, nadi kuat,Hipervolemia).<br />
Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).<br />
Pucat, kecenderungan perdarahan.<br />
3. Eliminasi<br />
a. Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)<br />
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).<br />
Abdomen kembung diare atau konstipasi<br />
Riwayat HPB, batu/kalkuli<br />
b. Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.<br />
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).<br />
4. Makanan/Cairan<br />
a. Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).<br />
Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati<br />
Penggunaan diuretik<br />
b. Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.<br />
Edema (Umum, bagian bawah).<br />
5. Neurosensori<br />
a. Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.<br />
Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.<br />
b. Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa.<br />
Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.<br />
6. Nyeri/Kenyamanan<br />
a. Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala<br />
b. Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.<br />
7. Pernafasan<br />
a. Gejala : nafas pendek<br />
b. Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).<br />
8. Keamanan<br />
a. Gejala : adanya reaksi transfusi<br />
b. Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.<br />
9. Penyuluhan/Pembelajaran:<br />
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius, malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.<br />
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL :<br />
1. Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.<br />
2. Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairandan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.<br />
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme protein<br />
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet, anemia.<br />
5. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.<br />
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan.<br />
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang mengingat.<br />
<br />
posting : <br />
11 April 2011<br />
17.22<br />
Oleh : E.Tia Destiana (05200ID09048)kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-69870419904573113092011-04-08T06:46:00.001-07:002011-04-08T06:46:49.633-07:00Gagal Ginjal KronikGagal Ginjal Kronik<br />
A. PENGERTIAN<br />
<br />
<br />
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)<br />
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)<br />
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)<br />
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)<br />
<br />
ASUHAN KEPERAWATAN<br />
<br />
A.ETIOLOGI<br />
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)<br />
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:<br />
• Infeksi misalnya pielonefritis kronik<br />
• Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis<br />
• Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis<br />
• Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif<br />
• Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal<br />
• Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis<br />
• Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal<br />
• Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.<br />
<br />
B. PATOFISIOLOGI<br />
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)<br />
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).<br />
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:<br />
• Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)<br />
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.<br />
• Stadium 2 (insufisiensi ginjal)<br />
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.<br />
• Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)<br />
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)<br />
<br />
C. MANIFESTASI KLINIS<br />
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):<br />
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi<br />
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.<br />
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).<br />
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:<br />
a. Sistem kardiovaskuler<br />
• Hipertensi<br />
• Pitting edema<br />
• Edema periorbital<br />
• Pembesaran vena leher<br />
• Friction sub pericardial<br />
b. Sistem Pulmoner<br />
• Krekel<br />
• Nafas dangkal<br />
• Kusmaull<br />
• Sputum kental dan liat<br />
c. Sistem gastrointestinal<br />
• Anoreksia, mual dan muntah<br />
• Perdarahan saluran GI<br />
• Ulserasi dan pardarahan mulut<br />
• Nafas berbau amonia<br />
d. Sistem muskuloskeletal<br />
• Kram otot<br />
• Kehilangan kekuatan otot<br />
• Fraktur tulang<br />
e. Sistem Integumen<br />
• Warna kulit abu-abu mengkilat<br />
• Pruritis<br />
• Kulit kering bersisik<br />
• Ekimosis<br />
• Kuku tipis dan rapuh<br />
• Rambut tipis dan kasar<br />
f. Sistem Reproduksi<br />
• Amenore<br />
• Atrofi testis<br />
<br />
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG<br />
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut:<br />
1. Pemeriksaan laboratorium<br />
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.<br />
2. Pemeriksaan USG<br />
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.<br />
3. Pemeriksaan EKG<br />
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit<br />
<br />
E. PENCEGAHAN<br />
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.<br />
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)<br />
<br />
F. PENATALAKSANAAN<br />
1. Dialisis (cuci darah)<br />
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)<br />
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat<br />
4. Transfusi darah<br />
5. Transplantasi ginjal<br />
<br />
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN<br />
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:<br />
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.<br />
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.<br />
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.<br />
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.<br />
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.<br />
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan.<br />
<br />
<br />
H. INTERVENSI<br />
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat<br />
Tujuan:<br />
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :<br />
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler<br />
Intervensi:<br />
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru<br />
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur<br />
b. Kaji adanya hipertensi<br />
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)<br />
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)<br />
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri<br />
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas<br />
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia<br />
<br />
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)<br />
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output<br />
Intervensi:<br />
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital<br />
b. Batasi masukan cairan<br />
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi<br />
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan<br />
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan<br />
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran<br />
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output<br />
<br />
3.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah<br />
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil<br />
Intervensi:<br />
a. Awasi konsumsi makanan / cairan<br />
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi<br />
b. Perhatikan adanya mual dan muntah<br />
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi<br />
c. Beikan makanan sedikit tapi sering<br />
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan<br />
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan<br />
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial<br />
e. Berikan perawatan mulut sering<br />
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan<br />
<br />
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik<br />
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil<br />
Intervensi:<br />
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles<br />
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret<br />
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam<br />
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2<br />
c. Atur posisi senyaman mungkin<br />
R: Mencegah terjadinya sesak nafas<br />
d. Batasi untuk beraktivitas<br />
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia<br />
<br />
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis<br />
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :<br />
- Mempertahankan kulit utuh<br />
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit<br />
Intervensi:<br />
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan<br />
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.<br />
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa<br />
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan<br />
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem<br />
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek<br />
d. Ubah posisi sesering mungkin<br />
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia<br />
e. Berikan perawatan kulit<br />
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit<br />
f. Pertahankan linen kering<br />
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit<br />
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis<br />
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera<br />
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar<br />
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit<br />
<br />
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan<br />
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi<br />
Intervensi:<br />
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas<br />
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan<br />
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat<br />
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC<br />
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan<br />
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC<br />
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC<br />
<br />
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI<br />
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC<br />
<br />
<br />
Oleh : REtmi Siti Mutmainah 2B 05200ID09065kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-44781444417156452452011-04-08T06:45:00.001-07:002011-04-08T06:45:39.239-07:00Laporan Pendahuluan Nefrotik SyndromLAPORAN PENDAHULUAN<br />
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN<br />
SINDROM NEFROTIK<br />
A. Pengertian<br />
<br />
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004). <br />
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001). <br />
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002). <br />
Sindrom Nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).<br />
<br />
B. Anatomi<br />
<br />
Korteks ginjal terdiri atas glomeruli dan tubili, sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli.<br />
Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai<br />
urin atau kemih (Price,2001 : 785).<br />
<br />
C. Fatofisiologi<br />
<br />
Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.<br />
Volume plasma,curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.<br />
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.<br />
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.<br />
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma<br />
Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)<br />
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)<br />
D. Etiologi<br />
<br />
Berdasarkan etiologinya sindrom nefrotik dibagi menjadi 3 yaitu:<br />
1.Primer/ Idiopatik<br />
a. Yang berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengn sebab tidak diketahui.<br />
b. Banyak terjadi pada usia sekolah (74% pada usia 2 – 7 tahun) <br />
c. Pria dan wanita 2 : 1<br />
d. Diawali dengan infeksi virus pada saluran nafas atas.<br />
2. Sekunder<br />
a. Disebabkan oleh kerusakan glomerulus (akut/kronik) karena penyakit tertentu.<br />
b. Karena infeksi, keganasan, obat-obtan, penyakit multisistem dan jaringan ikat, reaksi alergi, bahan kimia, penyakit metabolik, penyakit kolagen, toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis arteri renalis, obesitas masif, glomerulonefritis akut/kronis.<br />
c. Banyak terjadi pada anak dengan penurunan daya tahan tubuh/ gangguan imunitas, respon alergi, glomerulonefritis. Dikaitkan dengan respon imun (abnormal immunoglobulin)<br />
d. Pada orang dewasa SN skunder terbanyak disebabkan oleh dibetes melitus<br />
3. Kongenital<br />
a. Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal<br />
b. Herediter Resisten gen<br />
c. Tidak resisten terhadap terapi malalui Transplantasi Ginjal<br />
Beberapa penyakit yang dapat secara spesifik menyebabkan rusaknya glomeruli ginjal dan sering mengakibatkan timbulnya proteinuria tentunya mempercepat timbulnya Nefrotik syndrome:<br />
a. Amiloidosis <br />
b. Congenital nephrosis<br />
c. Focal segmental glomerular sclerosis (FSGS) <br />
Terjadi kerusakan pada jaringan glomeruli, sehingga merusak membran pelindung protein <br />
d. Glomerulonephritis (GN)<br />
e. IgA nephropathy (Berger's disease) <br />
f. Minimal change disease (Nil's disease)<br />
g. Pre-eclampsia<br />
Terjadinya Sindroma Nefrotik juga tergantung usia kejadiannya:<br />
a. Usia kurang dari 1 tahun<br />
b. Usia kurang dari 15 tahun<br />
c. Usia 15 sampai 40 tahun<br />
.<br />
<br />
E. Manifestasi klinik<br />
<br />
1. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.<br />
2. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa<br />
3. Pucat Hematuri, azotemeia hipertensi ringan<br />
4. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.<br />
5. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.<br />
6. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa ususs<br />
7. .Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily L.2002 : 335)<br />
F. Pemeriksaan diagnostik<br />
1. Uji urine<br />
a. Protein urin – meningkat<br />
b. Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria<br />
c. Dipstick urin – positif untuk protein dan darah<br />
d. Berat jenis urin – meningkat<br />
2. Uji darah<br />
a. Albumin serum – menurun<br />
b. Kolesterol serum – meningkat<br />
c. Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)<br />
d. Laju endap darah (LED) – meningkat<br />
e. Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.<br />
3. Uji diagnostik<br />
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335).<br />
<br />
G. Penatalaksanaan Medik<br />
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari<br />
2. .Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.<br />
3. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :<br />
a. Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.<br />
b. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu<br />
c. .Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi<br />
d. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital<br />
(Arif Mansjoer,2000)<br />
<br />
H. Komplikasi<br />
a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat Hipoalbuminemi<br />
b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.<br />
c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.<br />
d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.<br />
(Rauf, .2002 : .27-28).<br />
<br />
I. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Sindrom Nefrotik<br />
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.<br />
Tujuan:<br />
volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 – 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal.<br />
Intervensi :<br />
1. Catat intake dan output secara akurat. Rasional : Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan<br />
2. Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine. Rasional : Tekanan darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi <br />
3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama. Rasional : Estimasi penurunan edema tubuh <br />
4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. Rasional : Mencegah edema bertambah berat <br />
5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Rasional : Pembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal. <br />
b. Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.<br />
Tujuan :<br />
kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.<br />
Intervensi :<br />
1. Catat intake dan output makanan secara akurat. Rasional : Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh<br />
2. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare. Rasional : Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan Diare sebagai reaksi edema intestinal<br />
3. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup. Rasional : Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk.<br />
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.<br />
Tujuan:<br />
Tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.<br />
Intervensi :<br />
1. Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung. Rasional : Meminimalkan masuknya organisme.<br />
2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.<br />
3. Tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.<br />
4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik. Rasional : Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.<br />
d. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).<br />
Tujuan:<br />
kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takut.<br />
Intervensi :<br />
1. Validasi perasaan takut atau cemas. Rasional : Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya<br />
2. Pertahankan kontak dengan klien. Rasional : Memantapkan hubungan, meningkatan ekspresi perasaan.<br />
3. Upayakan ada keluarga yang menunggu. Rasional : Dukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.<br />
4. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga. Rasional : Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA :<br />
1. Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002. Pediatrik, Edisi 3,EGC : Jakarta<br />
2. .Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius : Jakara.<br />
3. Wong,L. Donna, 2004, Pedoman Klinis keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC : Jakarta<br />
4. http://www.asuhankeperawatannefrotiksindrom.com//<br />
<br />
Diposting Oleh :<br />
Nama : Mia Megantika<br />
NIM :05200ID09059kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-70087920938535511692011-04-07T18:18:00.000-07:002011-04-07T18:18:25.963-07:00laporan pendahuluan cystitis<br />
LAPORAN PENDAHULUAN CYSTITIS<br />
1. Konsep Dasar Penyakit Cystitis<br />
1. 1. Pengetian <br />
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.<br />
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.<br />
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.<br />
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;<br />
Þ Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.<br />
Þ Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis. <br />
1. 2. Etiologi<br />
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.<br />
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.<br />
Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.<br />
Þ Jalur infeksi<br />
• Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita<br />
• Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.<br />
• Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis<br />
• Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.<br />
Þ Faktor predisposisi<br />
• Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus<br />
• Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi<br />
• Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri<br />
• Hubungan seksual<br />
1. 3. Tanda dan Gejala<br />
pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;<br />
• peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal<br />
• disuria karena epitelium yang meradang tertekan<br />
• rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal<br />
• rasa ingin buang air kecil<br />
• hematuria<br />
• demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah<br />
1. Patofisiologi<br />
Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.<br />
1. 5. Pemeriksaan penunjang<br />
Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan berdasarkan literatur yang ada adalah ;<br />
• Pemeriksaan urine lengkap<br />
• Pemeriksaan USG abdomen<br />
• Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP<br />
1. 6. Prognosa <br />
Infeksi pada kandung kemih mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh sendiri bila tidak disertai infeksi dari ginjal, prostat, atau adanya urine sisa.<br />
1. Pengobatan<br />
Pengobatan pada kandung kemih pengobatannya berdasarkan literatur yaitu dengan pemberian obat antibiotika, analgetik, dan obat anti inflamasi sesuai dosis yang dianjurkan.<br />
1. Konsep dasar penyakit uretritis<br />
1. Pengertian <br />
Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun demikian kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien.<br />
Uretritis terbagi menjadi dua yaitu ;<br />
1. uretritis akut, terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya oleh karena prostat mengalami infeksi<br />
2. uretritis kronik, infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang tidaksempurna pada masa akut, prostatitis kronik, atau striktura uretra.<br />
1. 2. Etiologi<br />
Uretritis disebabkan oleh kuman gonore atau terjadi tanpa adanya bakteri. Sesuai dengan sebutan infeksi itu sendiri yaitu uretritis gonoreal dan nongonoreal.<br />
1. a. Uretritis gonoreal, disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae. Dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi orifisium meatal terjadi disertai rasa terbakarketika urinasi, meskipun demikian penyakit ini dapat asimtomatik. Pada wanita, rabas uretra tidak selalu muncul dan penyalkit juga asimtomatik, oleh karena itu gonore pada wanita tidak didiagnosis/dilaporkan. <br />
2. Uretritis nongonoreal, uretritis yang tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia trakomatik atau urea plasma urelytikum. Jika pasien pria adalah simtomatik akan mengeluh adanya disuria tingkat sedang atau parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit atau sedang.<br />
1. Tanda dan gejala <br />
• Terdapat cairan eksudat yang purulent<br />
• Mukosa merah udematus<br />
• Ada ulserasi pada uretra, iritasi, vesikal iritasi, prostatitis<br />
• Mikroskopis ; terlihat infiltrasi leukosit sel-sel plasma dan sel-sel limfosit<br />
• Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis G.O yaitu morning sickness<br />
• Pada pria pembuluhdarah kapiler, kelenjar uretra tersumbat oleh pus<br />
• Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita.<br />
1. 4. Patofisiologi<br />
1. 5. Pemeriksaan penunjang<br />
Pada kasus uretritis hal-hal yang perlu diperiksa untuk mendukung diagnosa adalah ;<br />
1. pemeriksaan urine lengkap<br />
2. pemeriksaan sekret uretra<br />
3. test sensitivitas dan kultur untuk menentukan antibiotika yang akan dipakai.<br />
1. 6. Prognosa <br />
Infeksi pada uretra atau uretritis bila pengobatannya tidak baik maka infeksi dapat menjalar kekandung kemih, ureter ataupun ginjal<br />
1. 7. Pengobatan<br />
Pada uretritis dilakukan pengobatan dengan<br />
1. Chemoterapi<br />
2. Antibiotika<br />
3. Anti inflamasi<br />
<br />
dipostingkan oleh<br />
leni ardiani<br />
05200ID09056kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-81963298454535523192011-04-05T06:12:00.000-07:002011-04-05T06:12:19.759-07:00Laporan Pendahuluan PielonefritisLaporan pendahuluan askep Pielonefritis<br />
1. Definisi <br />
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal.Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. <br />
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir baik(refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. <br />
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis (Tambayong. 200) <br />
<br />
2. Anatomi dan Fisiologi<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCRQQ6peYXimTCQuNy1OTVCMBtj12jdqSzuEeBqoyZu8Dw4k1dcx8TO9ZqeyO2eo2Qw-gR3-kabJTVvVO_wUjBjuEiX8eNhZGXxxwblAF_SprDz85bKlHKjD5ODhcnPta3Hn-3S8-qvj4/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="201" width="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCRQQ6peYXimTCQuNy1OTVCMBtj12jdqSzuEeBqoyZu8Dw4k1dcx8TO9ZqeyO2eo2Qw-gR3-kabJTVvVO_wUjBjuEiX8eNhZGXxxwblAF_SprDz85bKlHKjD5ODhcnPta3Hn-3S8-qvj4/s320/images.jpg" /></a></div><br />
<br />
<br />
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.<br />
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.<br />
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.<br />
Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:<br />
- kehamilan<br />
- kencing manis<br />
- keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.<br />
<br />
<br />
3.Etiologi <br />
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. <br />
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus <br />
balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. <br />
Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. <br />
Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah: <br />
<br />
1. kehamilan <br />
2. kencing manis <br />
3. keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. <br />
<br />
<br />
4.Gejala (Patofisiologi)<br />
PIELONEFRITIS<br />
Penyebab ( Bakteri, Obstruksi )<br />
Menjalar ke saluran kemih<br />
Ginjal<br />
Peradangan<br />
Nyeri Hematuri Demam Leukositosis<br />
- Perubahan pola Hipertermi Risti Infeksi<br />
Eliminasi<br />
- Risti syok<br />
Penguapan berlebih<br />
Kekurangan Volume<br />
Cairan<br />
Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi kuat.Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. <br />
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali. <br />
Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil). Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal). <br />
<br />
5. Manifestasi klinis <br />
Pielonefritis akut: pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri tekan pada kostovertebrel(CVA), Leokositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam urinselain itu gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemihumumnya terjadi. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal pasien pielonefritis biasanya membesar disertai infiltrasiinterstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kartiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal membentuk jaringan parut, berkontraksi dan tidak berfungsi.<br />
Pielonefritis kronis:biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi. Tada-tanda utama mencakup keletiah sakit kepala, nafsu makan rendah, poliuria, haus yang berlebihan, dan kehilangan berat badan. <br />
6. Pemeriksaan Penunjang <br />
1.Urinalisis <br />
<br />
• Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih <br />
<br />
• Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. <br />
2. Bakteriologis <br />
<br />
• Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103 organisme koliform / mL urin plus piuria <br />
• Biakan bakteri <br />
• Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik <br />
<br />
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik <br />
<br />
4.Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. <br />
<br />
5. Metode tes <br />
• Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). <br />
• Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria. <br />
• Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. <br />
6. Penyakit Menular Seksual (PMS):Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia <br />
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). <br />
7. Tes- tes tambahan : <br />
• Urogram intravena (IVU). <br />
• Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. <br />
• Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk <br />
• mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten. <br />
<br />
7.Penatalaksanaan <br />
Pielonefritis Akut: pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan memerlukan terapi <br />
antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral.Untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada sistitis. <br />
Masalah yangmungkin timbul dlam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka panjang. <br />
Pielonefritis kronik:agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada identifikasi patogen melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik. <br />
<br />
8.Diagnosa Kpererawaytan Yang Mungkin Muncul<br />
<br />
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran mukosa,kurang nafsu makan<br />
2. Nyeri akut b.d proses peradangan / infeksi<br />
3.Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi<br />
4. Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan<br />
5. Gangguan pola tidur b.d hipertermi, nyeri<br />
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum<br />
7. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat<br />
<br />
3.Perencanaan <br />
Dp. 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh b.dhipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan <br />
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nafsu makan bertambah. <br />
Batasan karateristik: <br />
Subjektif : kram abdomen, melaporkan perubahan sensasi rasa, merasa kenyang setelah mengingesti makanan, merasakan <br />
ketidakmampuan mengingesti makanan. <br />
Objektif : adanya bukti kekurangan makanan, bising usus hiperaktif, konjungtiva dan membran mukosa pucat, tonus otot <br />
buruk. <br />
Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi. <br />
<br />
No Intervensi Rasionalisasi<br />
1 Mandiri:<br />
Pantau / catat permasukan diet <br />
<br />
Membantu dan mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gajala uremik (contoh : mual, anoreksia, gangguan rasa) dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan<br />
<br />
2 Tawarkan perawatan mulut sering/cuci dengan larutan (25%) cairan asam asetat. Berikan permen karet, permen keras, penyegar mulut diantara makan Mambran mukosa menjadi kering dan pecah.<br />
<br />
Perawatan mulut menyejukkan, meminyaki dan membantu menyegarkan rasa mulut yang sering tidak nyaman pada uremia dan membatasi pemasukan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan amonea yang dibentuk oleh perubahan urea. <br />
<br />
3 Berikan makanan sedikit tapi sering<br />
<br />
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya paristaltik <br />
<br />
4 Kolaboasi: <br />
Konsul dengan ahli gizi/tim pendukung nutrisi<br />
<br />
Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan,dan mengidentifikasi rute paling efektif dan produknya, contoh tambahan oral, makanan selang hiperalimentasi <br />
<br />
<br />
<br />
Dp.2: Nyeriakut b.d proses peradangan, infeksi <br />
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang. <br />
Subjektif : keletihan <br />
Objektif :perubahan kemampuan untuk meneruskan aktifitas sebelumnya, perubahan pola tidur, penurunan interaksi <br />
dengan orang lain, perubahan berat badan. <br />
kriteria Hasil: Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung kemih tidak tegang, tenang, tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh, tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan<br />
<br />
No Intervensi Rasionalisasi<br />
1 Mandiri:<br />
Pantau intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri<br />
<br />
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi <br />
<br />
2 Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran<br />
<br />
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot ² otot <br />
<br />
3 Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi<br />
<br />
Untuk membantu klien dalam berkemih <br />
<br />
<br />
4 Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang<br />
<br />
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan <br />
<br />
5 Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat <br />
<br />
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot <br />
<br />
6 Berikan perawatan parineal<br />
<br />
Untuk mencegah kontaminasi uretra <br />
<br />
7 Kolaborasi:<br />
Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya<br />
<br />
Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga <br />
mengurangi nyeri <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dp.3: Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi <br />
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam pasien berkurang <br />
Kakteristik :suhu tubu meningkat di atas rentang normal, frekuensi napas meningkat, kulit hangat bila disentuh, kadang merasa mual. <br />
Kritera Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas normal dan suhu kulit lembab <br />
<br />
No Intervensi Rasionalisasi<br />
1 Mandiri:<br />
Pantau suhu pasien (drajat dan pola) ;perhatikan menggigil/diaforesis<br />
<br />
Suhu 38,90 ² 41,10 C menunjukkan prosespenyakit infeksius akut <br />
<br />
2 Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan <br />
linen tempat tidur, sesuai indikasi Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal. <br />
3 Berikan kompres mandi hangat; hindaripenggunaan alkohol<br />
<br />
Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabakan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.<br />
<br />
4 Berikan selimut pendingin <br />
<br />
Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,50-400 C pada waktu terjadi kerusakan/ gangguan otak.<br />
<br />
5 Kolaboasi: <br />
Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin),asetaminofen (tylenol) <br />
<br />
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotelamus. Meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme. Dan meningkatkan autodestruksi dari sel- sel yang terinfeksi <br />
<br />
Dp.4: Ansietas b.dhematuria, kurang pengetahuantentang penyakit dan tujuan pengobatan <br />
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas pasienHilang dan tidak memperlihatkan tanda- tanda gelisah. <br />
<br />
karakteristik: klien gelisah, tidak tenang, tanda vital abnormal, gelisah, ketakutan, gangguan tidur. <br />
<br />
Kriteria Hasil : tenang, gelisa berkurang, ketakutan berkurang, dapat beristirahat, frekuensi nafas 12-24/menit <br />
No Intervensi Rasionalisasi<br />
1 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Agar klien mempunyai semangat dan mau empati <br />
terhadap perawatan dan pengobatan <br />
<br />
2 Pantau tingkat kecemasan<br />
<br />
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien <br />
<br />
3 Beri dorongan spiritual<br />
<br />
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME <br />
<br />
4 Beri penjelasan tentang penyakitnya<br />
<br />
Agar klien mengerti sepenuhnya dengan penyakit yang di alaminya<br />
<br />
<br />
Dp.5 : Gangguan pola tidur b.dhipertermi <br />
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa tidur dengan nyenyak. <br />
Batasan karakteristik: <br />
Subjektif :ketidak puasan tidur, keluhan verbal tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik. <br />
<br />
Objektif: total waktu tidur kurang dari lama tidur normal, bangun 3 kali atau lebih di malam hari <br />
<br />
Kiteria Hasil : jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar setelah tidur atau istirahat, terjaga denganwaktu yang sesuai <br />
<br />
<br />
No Intervensi Rasionalisasi<br />
1 Mandiri : <br />
Instruksikan tindakan relaksasi<br />
<br />
Membantu menginduksi tidur <br />
<br />
2 Hindari mengganggu bila mungkin, mis :membangun untuk obat atau terap<br />
<br />
Tidur tanpa gangguan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun <br />
<br />
3 Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi <br />
<br />
Mengkaji perlunya mengidentifikasi intervensi yang tepat. <br />
<br />
4 Dorong posisi nyaman, bantu dalam megubah posisi<br />
<br />
Perubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat<br />
<br />
5 Kolaborasi: <br />
Berikan sedatif, hipnotik, sesuai indikasi<br />
<br />
Mungkin di berikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama periode dari rumah ke lingkungan baru. Catatan : hindari penggunaan kebiasaan, karena ini menurunkan waktu tidur. <br />
<br />
<br />
Dp.6: Intoleransiaktivitas b.d kelemahan umum<br />
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien toleran aktifitas.<br />
BatasanKarakteristik:<br />
Subjektif: ketidaknyamanan, melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal <br />
Objektif: denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas <br />
Keriteria Hasil : mengidentifikasi aktifitas dan atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi <br />
aktivitas. <br />
<br />
No Intervensi Rasionalisasi<br />
1 Mandiri : Bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan.Berikan kemajuan peningkatan aktifitas selama fase penyembuhan. <br />
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen <br />
<br />
2 Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas<br />
<br />
Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pemilihan intervensi<br />
<br />
<br />
<br />
Dp. 7: Resiko kekuranganvolume cairan b.d intaketidakadekuat <br />
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat <br />
BatasanKarakteristik: <br />
Subjektif : <br />
Objektif: penurunan turgor kullit/lidah, konsentrasi urine meningkat, kulit/ mambran mukosa kering. <br />
Kriteria hasil :tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebih, memiliki keseimbangan asupan Dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam<br />
<br />
No Intervensi Rasionalisasi <br />
1 Ukur dan catat urine setiap kali berkemih<br />
<br />
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/output <br />
<br />
<br />
<br />
2 Pastikan kontinuitas kateter pirau/ akses<br />
<br />
Terputusnya pirau/ akses terbuka akan memungkinkan eksanguinasi<br />
<br />
3 Tempatkan pasien pada posisi telentang/tredelenburg sesui kebutuhan <br />
<br />
Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi <br />
<br />
4 Pantau mambran mukosa kering,<br />
<br />
torgor kulit yang kurang baik, dan rasa haus Hipovolemia/cairian ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Doenges, MarilynE. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3. Jakarta :EGC<br />
http://askep-ebook.blogspot.com<br />
http://cnennisa.files.wordpress.com<br />
sidenreng.com<br />
<br />
<br />
Asep Gungun<br />
05200ID09042<br />
Kel 1,2B.kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-87993280725001635842011-04-05T05:53:00.000-07:002011-04-05T05:53:24.195-07:00Laporan Pendahuluan Sistitislaporan pendahuluan sistitis <br />
Laporan pendahuluan sistitis<br />
<br />
1. Pengetian <br />
Sistitis merupakan penyakit radang kandung kemih atau saluran kencing, mungkin kita lebih mengenalnya sebagai anyang-anyangan. Sistitis lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada bentuk kelamin antara wanita dan pria.<br />
Systitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.<br />
Pada wanita, uretra atau saluran kencing bagian bawah yang berfungsi untuk menyalurkan air kencing, lebih pendek dibandingkan pada pria. Hal ini menyebabkan kuman dan bakteri lebih mudah memasuki kandung kemih. Oleh karena itu, uretra pada wanita biasanya mengandung kuman seperti E. Coli, streptokokus, stolilokokus, atau basilus. Padahal seharusnya kandung kemih ini terbebas dari kuman.<br />
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.<br />
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.<br />
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;<br />
Þ Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.<br />
Þ Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis. <br />
2. Anatomi dan fisiologi<br />
<br />
Pada wanita, uretra atau saluran kencing bagian bawah yang berfungsi untuk menyalurkan air kencing, lebih pendek dibandingkan pada pria. Hal ini menyebabkan kuman dan bakteri lebih mudah memasuki kandung kemih. Oleh karena itu, uretra pada wanita biasanya mengandung kuman seperti E. Coli, streptokokus, stolilokokus, atau basilus. Padahal seharusnya kandung kemih ini terbebas dari kuman.<br />
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.<br />
<br />
3. Etiologi<br />
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.<br />
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.<br />
Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.<br />
Þ Jalur infeksi<br />
• Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita<br />
• Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.<br />
• Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis<br />
• Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.<br />
Þ Faktor predisposisi<br />
• Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus<br />
• Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi<br />
• Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri<br />
• Hubungan seksual<br />
3. Tanda dan Gejala<br />
pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;<br />
• peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal<br />
• Rasa nyeri pada saluran kencing dan perut bagian bawah. Jika dibawa buang air kecil terasa sakit dan nyeri.<br />
• Sering buang air kecil, tetapi air seni yang keluar hanya sedikit dan disertai rasa nyeri.<br />
• Jika sistitis disebabkan oleh kanker kandung kemih, biasanya kencing disertai rasa nyeri dan darah yang keluar bersama air seni.<br />
• disuria karena epitelium yang meradang tertekan<br />
• rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal<br />
• rasa ingin buang air kecil<br />
• hematuria<br />
• demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah<br />
4. Patofisiologi<br />
Systitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.<br />
5. Pemeriksaan penunjang<br />
Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan berdasarkan literatur yang ada adalah ;<br />
• Pemeriksaan urine lengkap<br />
• Pemeriksaan USG abdomen<br />
• Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP<br />
6. MANIFESTASI KLINIS<br />
Pasien mengalami urgensi, sering berkemih, rasa panas dan nyeri pada saat berkemih, nokturia, dan nyeri atau spasme pada area kandung kemih dan supra pubis. Piuria (adanya sel darah putih dalam urine), hematuria (adanya sel darah merah pada pemeriksaan urine). Pasien mengalami demam, mual, muntah, badan lemah, kondisi umum menurun. Jika ada demam dan nyeri pinggang, perlu dipikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih bagian atas. Infeksi kandung kemih biasanya menyebabkan desakan untuk berkemih dan rasa terbakar atau nyeri selama berkemih.<br />
Nyeri biasanya dirasakan diatas tulang kemaluan dan sering juga dirasakan di punggung sebelah bawah. Gejala lainnya adalah nokturia (sering berkemih di malam hari). Air kemih tampak berawan dan mengandung darah.<br />
Kadang infeksi kandung kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada saat pemeriksaan air kemih (urinalisis untuk alasan lain). Sistitis tanpa gejala terutama sering terjadi pada usia lanjut, yang bisa menderita inkontinensia urin sebagai akibatnya.<br />
Inkontenensia urine adalah eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di luar keinginan.<br />
Inkontinensia Urine dapat dibagi menjadi empat jenis :<br />
1. Urge incontinence<br />
Terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk berkemih tetapi tidak mammpu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet. Keadaan ini dapat terjadi pada pasien disfungsi neurology yang mengganggu penghambatan kontraksi kandung kemih.<br />
1. Overflow incontinence<br />
Ditandai oleh eliminasi urine yang sering dan kadang-kadang terjadi hamper terus menerus dari kandung kemih. Kandung kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara normal dan mengalami distensi yang berlebihan. Dapat disebabkan oleh kelainan neurology ( lesi medulla spinalis) atau oleh factor-faktor yang menyumbat saluran urine. Meskipun eliminasi terjadi dengan sering, kandung kemih tidak pernah kosong.<br />
1. Incontinensia fungsional<br />
Merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tapi ada factor lain, seperti gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya berkemih (pasien demensia alzeimer) atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk berkemih<br />
1. Bentuk-bentuk inkontinensia urine campuran<br />
Mencakup cirri-ciri inkontinensia seperti yang baru disebutkan, dapat pula terjadi. Selain itu, inkontinensia urine dapat terjadi akibat interaksi banyak factor.<br />
7. PENATALAKSANAAN<br />
Penanganan sistitis yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina<br />
Penatalaksanaan medis sebagai berikut :<br />
• Penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole (gantrisin), trimethaoprim/sulfamethaoxazole ( TMP/SMZ, Bactrim, septra) dan nitrofurantoin.<br />
• Kadang-kadang medikasi seperti ampisilin atau amoksisilin juga digunakan.<br />
• Terkadang diperlukan antikolinergik (misalnya: propanthelin bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan fenazopiridin hidroklorida sebagai antiseptik pada saluran kemih.<br />
• Banyak minum untuk melarutkan bakteri<br />
• Kumbah kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan<br />
8. Kemungkinan Diagnosa yang muncul<br />
a.Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.<br />
b.Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK.<br />
c.Nyeri yang berhubungan dengan ISK.<br />
d.Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.<br />
9. Rencana Keperawatan<br />
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih<br />
Tujuan : <br />
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.<br />
Kriteria Hasil :<br />
1). Tanda vital dalam batas normal<br />
2). Nilai kultur urine negatif<br />
3). Urine berwarna bening dan tidak bau<br />
Intervensi :<br />
INTERVENSI RASIONAL<br />
1). Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C <br />
2). Catat karakteristik urine<br />
3). Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi<br />
4). Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.<br />
5). Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih<br />
6). Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.<br />
7). Jika dipasang kateter berikan perawatan kateter 2 kali per hari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur dan setelah buang air besar).<br />
Kolaborasi<br />
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine: Berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urine. Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh <br />
Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.<br />
Untuk mencegah stasis urine<br />
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.<br />
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih<br />
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra<br />
Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.<br />
Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.<br />
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK.<br />
Tujuan : <br />
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.<br />
Kriteria :<br />
1). Klien dapat berkemih setiap 3 jam<br />
2). Klien tidak kesulitan pada saat berkemih<br />
3). Klien dapat bak dengan berkemih<br />
Intervensi :<br />
INTERVENSI RASIONAL<br />
1). Ukur dan catat urine setiap kali berkemih <br />
2). Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam<br />
3). Palpasi kandung kemih tiap 4 jam<br />
4). Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal<br />
5). Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman<br />
6). Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urine.<br />
7). Dorong meningkatkan pemasukan cairan<br />
8). Kaji keluhan kandung kemih penuh<br />
9). Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam<br />
Kolaborasi<br />
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin<br />
Berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urin. Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put <br />
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.<br />
Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.<br />
Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.<br />
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih<br />
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi<br />
Peningkatan hidrasi membilas bakteri<br />
Retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)<br />
Untuk mencegah statis urine<br />
Pengawasan terhadap disfungsi ginjal<br />
Asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapat berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
1. Brunner & Suddath.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC<br />
2. Tessy, Agus dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI<br />
3. http://askep-ebook.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-infeksi-saluran.html<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX26bRCBTDgYkJjyu9mOo1Nyftk3AcZqd_xvgkPWmX3ExllEiXwapbqS2lN5yR8hcnf0odvt-uCA1AmFIDsfXDJ9prIdAioeuP53Mqldoxu1jw5QF5_JPkKJT2er-0XzWSLzjTIPjU5Sw/s1600/sistitis.jpeg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="186" width="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX26bRCBTDgYkJjyu9mOo1Nyftk3AcZqd_xvgkPWmX3ExllEiXwapbqS2lN5yR8hcnf0odvt-uCA1AmFIDsfXDJ9prIdAioeuP53Mqldoxu1jw5QF5_JPkKJT2er-0XzWSLzjTIPjU5Sw/s320/sistitis.jpeg" /></a></div><br />
Indra Setia Permana<br />
05200ID09053<br />
kel 1,2Bkmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-79485485217643459062011-03-28T22:31:00.000-07:002011-03-30T02:02:03.378-07:00Proses Terjadinya Pengenceran dan Pemekatan UrineFORMAT PENGKAJIAN PADA SISTEM PERKEMIHAN<br />
<br />
Menurut Wolf dan Weltzel, proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan, dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan, dan dinamis. (Effendi, Nasrul. 1995 : 2) Proses keperawatan tersebut dalam pelaksanaannya harus berkesinambungan, karena proses keperawatan ini meliputi beberapa tahap yaitu : <br />
1. Pengkajian<br />
a. Pengumpulan Data<br />
1) Data Biografi<br />
Perlu dikaji umur, jenis kelamin, dan pekerjaan<br />
2) Riwayat Kesehatan<br />
a) Riwayat Kesehatan Sekarang<br />
Klien dengan gangguan system perkemihan biasanya datang dengan keluhan nyeri pada pinggang, buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak.<br />
b) Riwayat Kesehatan Dahulu<br />
Perlu dikaji riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan diet, nutrisi, riwayat tidak dapat kencing, penggunaan hormon.<br />
c) Riwayat Kesehatan Keluarga<br />
<br />
3) Pola Aktivitas Sehari-hari<br />
Pada klien dengan gangguan sistem perkemihan pola aktivitas sehari-hari meliputi pola makan sebelum sakit yang sering dikonsumsi oleh klien yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan system perkemihan seperti makanan yang tinggi natrium, kalium, kalsium sedangkan pola makan selama sakit biasanya mengalami penurunan frekuensi dan porsi karena klien mengalami mual. Pada klien dengan gangguan system perkemihan harus dikaji kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhannya dan yang dapat memperberat penyakitnya seperti kopi, teh dan alkohol, selama sakit biasanya intake dibatasi sesuai output. Eliminasi BAK biasanya ditemukan BAK yang sedikit sampai ditemukan oliguri sedangkan BAB biasanya tidak ada perubahan kecuali pada klien dengan penurunan aktivitas.Sebelum sakit biasanya kebutuhan personal hygiene klien tidak ada perubahan sedangkan selama sakit personal hygiene klien menjadi terganggu karena adanya kelemahan.<br />
4) Pemeriksaan Fisik<br />
a) Sistem Pernafasan<br />
Pada klien dengan gangguan system perkemihan ditemukan adanya tachipnoe, pernafasan kusmaul, uremic, halitosis, edema paru dan efusi pleura.<br />
b) Sistem Kardiovaskuler<br />
Pada klien dengan gangguan system perkemihan biasanya ditemukan adanya hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmoner, perikarditis.<br />
c) Sistem Pencernaan<br />
Pada klien dengan gangguan system perkemihan biasanya ditemukan adanya anoreksia, nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu hati, distensi abdomen, konstipasi.<br />
d) Sistem Genotiurinaria<br />
Pada kliendengan gangguan sistem perkemihan awal ditemukan adanya poliuri dan nokturi, selanjutnya berkembang menjadi oliguri dan anuri, terdapat proteinuria, hematuria, perubahan warna urine (kuning pekat, merah, cokelat).<br />
e) SistemMuskuloskeletal<br />
Pada klien dengan gangguan sistem perkemihan biasanya ditemukan kelemahan otot, kejang otot, nyeri pada tulang dan fraktur patologis.<br />
f) Sistem Integumen<br />
Penurunan turgor kulit, hiperpigmentasi, pruritis, echimosis, pucat.<br />
g) Sistem Persyarafan<br />
Pada klien dengan system perkemihan biasanya ditemukan letargi, insomnia, nyeri kepala, tremor, koma.<br />
5) Data Psikososial<br />
Klien dengan gangguan system perkemihan biasanya ditemukan adanya rasa takut, marah, cemas, perasaan bersalah dan kesedihan. Respon emosional pada klien dengan gangguan system perkemihan mungkin disebabkan karena perubahan body image takut akan terjadinya disfungsi seksual dan ketakutan akan kematian.<br />
6) Data Spiritual<br />
Pada klien dengan gangguan sistem perkemihan biasanya ditemukan ketidakmampuan beribadah seperti biasa.<br />
7) Data Penunjang<br />
a) Laboratorium<br />
(1) Urine<br />
(a) Volume biasanya oliguri dan anuri<br />
(b) Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan<br />
(c) Berat jenis menurun<br />
(d) Osmolalitas menurun<br />
(e) Klirens kreatinin menurun<br />
(f) Natrium meningkat<br />
(g) Protein meningkat<br />
(2) Darah<br />
(a) Serum kreatinin meningkat<br />
(b) Blood urea nitrogen meningkat<br />
(c) Kadar kalium meningkat<br />
(d) Hematokrit menurun<br />
(e) Hemoglobin menurun<br />
(f) Natrium, kalsium menurun<br />
(g) Magnesium/posfat meningkat<br />
(h) Protein (khususnya albumin menurun)<br />
(i) pH menurun<br />
<br />
B. Analisa<br />
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data tersebut. Kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga dapat menentukan masalah. Dalam menganalisa data harus divalidasi kembali setelah itu dikelompokkan kedalam data subjektif dan objektif, kemudian diidentifikasi pada masalah dan penyebab.<br />
<br />
<br />
<br />
Oleh : Shidqi Sabiq (09072)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Mekanisme Pengenceran dan Pemekatan Urine<br />
<br />
Sebaliknya menguji kemampuan tubuli untuk mengeluarkan air yang sengaja diberikan berlebihan. Berat jenis awal dari urin harus lebih besar dari 1,022 dan kemudian paling encer 1,003. Tes ini lebih memberatkan penderita dan juga hasilnya tidak sepeka percobaan uji peme-<br />
katan sehingga kurang dipakai. Osmolalitas urin normal adalah 800--1300 mOsm/1. Tes ini<br />
cukup teliti dan berbeda dengan berat jenis ia tidak dipengaruhi oleh glukosa, protein dan suhu<br />
urin 3,5,6,7,10,12,13 Dengan mengukur osmolalitas urin dan plasma serta diuresis dapatd ihitung clearance osmol. Diuresis dikurangi clearance osmol merupakan clearance air bebas (free water clearance=FWC). FWC positif menandakan hipostenuria, negatif berarti hiperstenuria dan 0 berarti isostenuria.Pada tes ekskresi ion H+ diuji kemampuan ginjal untuk mengatur keseimbangan asam-basa cairan badan yang dicerminkan dengan pH urin, ekskresi amonium, asam yang dapat dititrasi, dan dalam beberapa keadaan ekskresi bikarbonat. Secara umum kegagalan ginjal mengeluarkan ion H+ terjadi karena kegagalan ekskresi H+<br />
atau amonium di satu pihak yaitu RTA (acidosis tubular renal) distal atau gradient RTA atau kegagalan reabsorpsi bikarbonat di pihak lain yaitu RTA proksimal atau bicarbonate-wasting <br />
RTA. Secara praktis dapat dinilai dari penetapan bikarbonat plasma dan pH urin segar setelah beban asam.5,13<br />
<br />
Mekanisme Pemekatan (sistem Countercurrent)<br />
Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu bagian nefron<br />
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.<br />
<br />
Langkah-langkah pada Countercurrent Multiplier System<br />
1. sewaktu natrium ditransportasikan keluar pars ascendens, cairan interstisium yang melingkupi lengkung henle menjadi pekat.<br />
2. air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars ascendens. Filtrat yang tersisa secara progresif menjadi encer.<br />
3. pars ascendens lengkung bersifat permeable terhadap air. Air meninggalkan bagian ini dan mengalir mengikuti gradien konsetrasi kedalam ruang intersisium. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan pars descendens. Sewaktu mengalir ke pas ascendens, cairan mengalami pengenceran progresif karena natrium dipompa keluar.<br />
4. hasil akhir ádalah pemekatan cairan interstisium di sekita rlengkung henle. Konsentrasi tertinggi terdapat di daerah yang mengelilingi bagian bawah lengkung dan menjadi semakin encer mengikuti pars asendens.<br />
5. dibagian puncak pars asendens lengkung, cairan tubulus bersifat isotonik atau bahkan bersifat hipotonik. (Corwin, 2000).<br />
<br />
Hasil dari Countercurrent Multiplier System<br />
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air bervariasi. Apabila permeabilizas<br />
terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya ádalah penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin. Urin akan encer. (Corwin, 2000).<br />
Peran hormon Antidiuretik dalam Pemekatan Urine<br />
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormon hipofisis<br />
Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstra sel (penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstra sel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstra sel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstra sel meningkat. (Corwin, 2000)<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Frandson R.D. 1992. AnatomiFisiologiTernak. Yogyakarta : UGM Press<br />
Corwin, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC<br />
Ganong, William. 2002. FisiologiKedokteran. Jakarta : EGC<br />
Anonim A. 2009. http://darryltanod.blogspot.com/2008/04/mekanisme-proses-dasar-ginjal-darryl.html. akses 30 Juni 2009.<br />
<br />
<br />
Oleh : Restu Pratiwi (09064)kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5638531685849583748.post-86307622419366942982011-03-20T06:22:00.000-07:002011-03-20T07:32:21.576-07:00Keperawatan Medical Bedah lll<div class="" style="clear: both; line-height: 20px; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">SISTEM PERKEMIHAN </span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><br />
</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; line-height: 20px; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0a2earSofese_5YS1pkw1i97Us1fU4P25U78EuUPN4LNyq-Zy8nOhaZjFnkK56x1MWc-t7wgnho9cJN87UzRNv6sS93n6EdyMEouV3QHfrD3xYGr-R_ABBF_riYncCnywPd_Nfqity5E/s1600/uchr_02_img0199-150x150.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0a2earSofese_5YS1pkw1i97Us1fU4P25U78EuUPN4LNyq-Zy8nOhaZjFnkK56x1MWc-t7wgnho9cJN87UzRNv6sS93n6EdyMEouV3QHfrD3xYGr-R_ABBF_riYncCnywPd_Nfqity5E/s1600/uchr_02_img0199-150x150.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.496094) 1px 1px 5px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.496094) 1px 1px 5px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative;" /></span></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnlV95yd0st8i0yWB4eiNbxS_bvzMZJ9jGZd6pGUf9joWK-I9tq2wPiP3QPQIRkOCXHVxrOKT0G3aiYUSxMNKTB3teOw4aPXfSKVROXeG7BaZAJa8lGp3vDIDph8hlgjnbxUsSrV81aew/s1600/urinary-copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><img border="0" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnlV95yd0st8i0yWB4eiNbxS_bvzMZJ9jGZd6pGUf9joWK-I9tq2wPiP3QPQIRkOCXHVxrOKT0G3aiYUSxMNKTB3teOw4aPXfSKVROXeG7BaZAJa8lGp3vDIDph8hlgjnbxUsSrV81aew/s200/urinary-copy.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.496094) 1px 1px 5px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.496094) 1px 1px 5px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative;" width="200" /></span></a></div><div class="separator" style="clear: both; line-height: 20px; text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; line-height: 20px; text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="apple-style-span"><b><span style="line-height: 16px;">A. Pengertian Sistem Urinaria</span></b></span><span style="line-height: 16px;"><br />
<br />
<span class="apple-style-span">Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><br />
</span></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; line-height: 20px; text-align: left;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan</span></b></div><div style="line-height: 15pt; margin-bottom: 0.2in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0.1in;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"></span>Susunan Sistem Perkemihan<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 15pt; margin-bottom: 0.2in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0.1in;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Sistem perkemihan terdiri dari: </span></div><div style="line-height: 20px; margin-bottom: 0.2in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0.1in;"></div><ul style="line-height: 15pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: disc; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; padding-bottom: 0px; padding-left: 2.5em; padding-right: 2.5em; padding-top: 0px;"><li style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-color: initial; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-width: initial; margin-bottom: 0.25em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-indent: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin</span></li>
<li style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-color: rgb(123, 123, 123); border-top-style: none; border-top-width: 1px; border-width: initial; margin-bottom: 0.25em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-indent: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span"></span><span class="Apple-style-span">dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih)</span></span></li>
<li style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-color: rgb(123, 123, 123); border-top-style: none; border-top-width: 1px; border-width: initial; margin-bottom: 0.25em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-indent: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span"></span><span class="Apple-style-span">satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan </span></span></li>
<li style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-color: rgb(123, 123, 123); border-top-style: none; border-top-width: 1px; border-width: initial; margin-bottom: 0.25em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-indent: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span"></span><span class="Apple-style-span">satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.</span></span></li>
</ul><div style="line-height: 20px;"><ol><li style="margin-bottom: 0.25em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-indent: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Ginjal </span></span></li>
</ol><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5NWuszmFQyxiGdGeM_XBmTXmdb4BYqvleGFKRjtJG11uAwU7gE6P5TDIgXoP8UTUadfNL17yq7Lh9sGQXWRRpotXu4IoXwDDvbsovm6jp96eBNCo9cle40s6C5roiiDrSkjVeuNAodFA/s1600/ginjal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><img border="0" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5NWuszmFQyxiGdGeM_XBmTXmdb4BYqvleGFKRjtJG11uAwU7gE6P5TDIgXoP8UTUadfNL17yq7Lh9sGQXWRRpotXu4IoXwDDvbsovm6jp96eBNCo9cle40s6C5roiiDrSkjVeuNAodFA/s200/ginjal.jpg" width="200" /></span></a></div><div><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><br />
</span></div><div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Bagian – Bagian Ginjal<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">1. Kulit Ginjal (Korteks)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><o:p> </o:p> </span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">2. Sumsum Ginjal (Medula)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><o:p> </o:p> </span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><o:p> S</o:p>umsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Fungsi Ginjal:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"></div><ol><li><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><o:p> </o:p>Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.</span></li>
<li><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.</span></li>
</ol><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"></span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Proses pembentukan urin<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Tahap pembentukan urin<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">1. Proses Filtrasi ,di glomerulus<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">2. Proses Reabsorbsi<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">3. Proses sekresi.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdD3G_ffNvKV9NSBfMq4Ow24BXzfCkjPAVdKXy8H4jpx73mKoCXy2YAVPOhYcmf9aWWMq4xgDWXv_LYPS1xn6guXZuLgUczEY7NsJANPnVAfdBTV4EkIhdZ31KeUUZtatPEVN1J1NdGHU/s1600/nefron.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdD3G_ffNvKV9NSBfMq4Ow24BXzfCkjPAVdKXy8H4jpx73mKoCXy2YAVPOhYcmf9aWWMq4xgDWXv_LYPS1xn6guXZuLgUczEY7NsJANPnVAfdBTV4EkIhdZ31KeUUZtatPEVN1J1NdGHU/s200/nefron.jpg" width="188" /></a></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">2. Ureter</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9Dl0VQQZ6jpkOmlvDhABQcAe3IqUrZTEZIjEKUd8KeNokJIpvXZD4xNrJ6YA0ABTqKcxipyQ-Q3phjlCoHc1zh1eO8Hd26l5m13WjqvUODWr1bynQLqRjvbQ0kIRjrfOhAqtATTQjrKk/s1600/Ureter-stone-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9Dl0VQQZ6jpkOmlvDhABQcAe3IqUrZTEZIjEKUd8KeNokJIpvXZD4xNrJ6YA0ABTqKcxipyQ-Q3phjlCoHc1zh1eO8Hd26l5m13WjqvUODWr1bynQLqRjvbQ0kIRjrfOhAqtATTQjrKk/s200/Ureter-stone-1.jpg" width="200" /></a></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Lapisan ureter terdiri dari:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Lapisan tengah lapisan otot polos</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristalticyang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">3. Kandung Kemih<o:p></o:p></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg97GE0zOA4QHdJz5gAt55yI6OLG3c1IErKozlv39gNCD_6S2g2jjmxWFdL1qBy5IoaEy_1dg4-aTQUPzlAxHSYu4bLayYPzdcE1XhyxebrWw6sy2VzkKdqRvUKP0EB6Q0yDREJK5IGKes/s1600/f27-9a_urinary_bladder_c.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg97GE0zOA4QHdJz5gAt55yI6OLG3c1IErKozlv39gNCD_6S2g2jjmxWFdL1qBy5IoaEy_1dg4-aTQUPzlAxHSYu4bLayYPzdcE1XhyxebrWw6sy2VzkKdqRvUKP0EB6Q0yDREJK5IGKes/s320/f27-9a_urinary_bladder_c.jpg" width="320" /></a></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Bagian vesika urinaria terdiri dari :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">4. Uretra<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.<o:p></o:p></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><span style="line-height: 115%;"><br />
</span><span style="line-height: 115%;"><br />
</span><span style="line-height: 115%;">Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.</span></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="color: #666666; line-height: 115%;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Uretra pada laki – laki terdiri dari :</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">1. Uretra Prostaria</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">2. Uretra membranosa</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">3. Uretra kavernosa</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Urin (Air Kemih)<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Sifat fisis air kemih, terdiri dari:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">5. Berat jenis 1,015-1,020.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Komposisi air kemih, terdiri dari:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">5. Toksin.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">6. Hormon.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Mikturisi<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">2. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Frekwensi buang air kecil / bak ( miksi )<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"></div><ul><li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Poliuri ( sering miksi ).</span></span></li>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">
<li>Oliguri ( jumlah urine yang keluar kurang dari normal minimal urine keluar ± 400 cc</li>
<li>Stranguri ( miksi sering tetapi sedikit – sedikit, lambat dan sakit )</li>
<li>Urgency (klien berkeinginan untuk miksi tetapi tidak terkontrol untuk keluar )</li>
<li>Nokturi (klien terbangun tengah malam untuk miksi ).</li>
<li>Keraguan / kesukaran sewaktu memulai miksi.</li>
<li>Intermiten ( klien mengalami tempo berhenti arus urinenya selama miksi ).</li>
<li>Urine keluar secara menetes atau tidak memancar.</li>
<li>Incontinentia urine ( urine keluar dengan sendirinya tanpa disadari )<div class="MsoNormal"></div></li>
</span></span></ul><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Kelainan Miksi<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"></div><ul><li><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Disuri ( ada rasa sakit sewaktu miksi )</span></span></li>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">
<li>Adanya rasa panas sewaktu miksi.</li>
<li>Hematuri ( adanya darah yang keluar bercampur dengan urine.</li>
<li>Piuri ( adanya nanah dalam urine )</li>
<li>Lithuri ( urine bersama batu kecil sewaktu miksi</li>
</span></span></ul><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span><br />
<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Ciri-Ciri Urin Normal<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">3. Baunya tajam.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">KOMPONEN URINE ABNORMAL<br />
Bakteri ( Bakteriuria )<br />
Darah ( Hematuria )<br />
Glukosa ( Glukosuria )<br />
Protein ( Protenuria )<br />
Pus ( Pyuria )<br />
Batu ( Lithuria )<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama<span style="line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #666666; line-height: 18px;">Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC<span style="line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="color: #666666; line-height: 115%;">Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGCparamedicstaka Utama</span></span></span><br />
<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="line-height: 115%;"><br />
</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="line-height: 115%;"><br />
</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; line-height: 115%;">oleh : Retmi Siti Mutmainah dan E.Tia Destiana 2B</span></span></span></span></div></div></div><div style="color: #434343; font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"></div><div style="color: #434343; font-size: 14px;"></div><div style="color: #434343; font-size: 14px;"></div><div style="color: #434343; font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"></div><div style="color: #434343; font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"></div><div style="color: #434343; font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px;"></div></div></div>kmb3 2bhttp://www.blogger.com/profile/15410475354710994635noreply@blogger.com0