Selasa, 05 April 2011

Laporan Pendahuluan Sistitis

laporan pendahuluan sistitis
Laporan pendahuluan sistitis

1. Pengetian
Sistitis merupakan penyakit radang kandung kemih atau saluran kencing, mungkin kita lebih mengenalnya sebagai anyang-anyangan. Sistitis lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada bentuk kelamin antara wanita dan pria.
Systitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.
Pada wanita, uretra atau saluran kencing bagian bawah yang berfungsi untuk menyalurkan air kencing, lebih pendek dibandingkan pada pria. Hal ini menyebabkan kuman dan bakteri lebih mudah memasuki kandung kemih. Oleh karena itu, uretra pada wanita biasanya mengandung kuman seperti E. Coli, streptokokus, stolilokokus, atau basilus. Padahal seharusnya kandung kemih ini terbebas dari kuman.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
Þ Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
Þ Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
2. Anatomi dan fisiologi

Pada wanita, uretra atau saluran kencing bagian bawah yang berfungsi untuk menyalurkan air kencing, lebih pendek dibandingkan pada pria. Hal ini menyebabkan kuman dan bakteri lebih mudah memasuki kandung kemih. Oleh karena itu, uretra pada wanita biasanya mengandung kuman seperti E. Coli, streptokokus, stolilokokus, atau basilus. Padahal seharusnya kandung kemih ini terbebas dari kuman.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.

3. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.
Þ Jalur infeksi
• Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita
• Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
• Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis
• Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Þ Faktor predisposisi
• Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus
• Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
• Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
• Hubungan seksual
3. Tanda dan Gejala
pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;
• peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal
• Rasa nyeri pada saluran kencing dan perut bagian bawah. Jika dibawa buang air kecil terasa sakit dan nyeri.
• Sering buang air kecil, tetapi air seni yang keluar hanya sedikit dan disertai rasa nyeri.
• Jika sistitis disebabkan oleh kanker kandung kemih, biasanya kencing disertai rasa nyeri dan darah yang keluar bersama air seni.
• disuria karena epitelium yang meradang tertekan
• rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal
• rasa ingin buang air kecil
• hematuria
• demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
4. Patofisiologi
Systitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.
5. Pemeriksaan penunjang
Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan berdasarkan literatur yang ada adalah ;
• Pemeriksaan urine lengkap
• Pemeriksaan USG abdomen
• Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP
6. MANIFESTASI KLINIS
Pasien mengalami urgensi, sering berkemih, rasa panas dan nyeri pada saat berkemih, nokturia, dan nyeri atau spasme pada area kandung kemih dan supra pubis. Piuria (adanya sel darah putih dalam urine), hematuria (adanya sel darah merah pada pemeriksaan urine). Pasien mengalami demam, mual, muntah, badan lemah, kondisi umum menurun. Jika ada demam dan nyeri pinggang, perlu dipikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih bagian atas. Infeksi kandung kemih biasanya menyebabkan desakan untuk berkemih dan rasa terbakar atau nyeri selama berkemih.
Nyeri biasanya dirasakan diatas tulang kemaluan dan sering juga dirasakan di punggung sebelah bawah. Gejala lainnya adalah nokturia (sering berkemih di malam hari). Air kemih tampak berawan dan mengandung darah.
Kadang infeksi kandung kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada saat pemeriksaan air kemih (urinalisis untuk alasan lain). Sistitis tanpa gejala terutama sering terjadi pada usia lanjut, yang bisa menderita inkontinensia urin sebagai akibatnya.
Inkontenensia urine adalah eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di luar keinginan.
Inkontinensia Urine dapat dibagi menjadi empat jenis :
1. Urge incontinence
Terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk berkemih tetapi tidak mammpu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet. Keadaan ini dapat terjadi pada pasien disfungsi neurology yang mengganggu penghambatan kontraksi kandung kemih.
1. Overflow incontinence
Ditandai oleh eliminasi urine yang sering dan kadang-kadang terjadi hamper terus menerus dari kandung kemih. Kandung kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara normal dan mengalami distensi yang berlebihan. Dapat disebabkan oleh kelainan neurology ( lesi medulla spinalis) atau oleh factor-faktor yang menyumbat saluran urine. Meskipun eliminasi terjadi dengan sering, kandung kemih tidak pernah kosong.
1. Incontinensia fungsional
Merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tapi ada factor lain, seperti gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya berkemih (pasien demensia alzeimer) atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk berkemih
1. Bentuk-bentuk inkontinensia urine campuran
Mencakup cirri-ciri inkontinensia seperti yang baru disebutkan, dapat pula terjadi. Selain itu, inkontinensia urine dapat terjadi akibat interaksi banyak factor.
7. PENATALAKSANAAN
Penanganan sistitis yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina
Penatalaksanaan medis sebagai berikut :
• Penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole (gantrisin), trimethaoprim/sulfamethaoxazole ( TMP/SMZ, Bactrim, septra) dan nitrofurantoin.
• Kadang-kadang medikasi seperti ampisilin atau amoksisilin juga digunakan.
• Terkadang diperlukan antikolinergik (misalnya: propanthelin bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan fenazopiridin hidroklorida sebagai antiseptik pada saluran kemih.
• Banyak minum untuk melarutkan bakteri
• Kumbah kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan
8. Kemungkinan Diagnosa yang muncul
a.Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
b.Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK.
c.Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
d.Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
9. Rencana Keperawatan
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1). Tanda vital dalam batas normal
2). Nilai kultur urine negatif
3). Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1). Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
2). Catat karakteristik urine
3). Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
4). Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
5). Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih
6). Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
7). Jika dipasang kateter berikan perawatan kateter 2 kali per hari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur dan setelah buang air besar).
Kolaborasi
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine: Berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urine. Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Untuk mencegah stasis urine
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1). Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2). Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3). Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1). Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
2). Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
3). Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
4). Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
5). Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
6). Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urine.
7). Dorong meningkatkan pemasukan cairan
8). Kaji keluhan kandung kemih penuh
9). Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urin. Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
Peningkatan hidrasi membilas bakteri
Retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)
Untuk mencegah statis urine
Pengawasan terhadap disfungsi ginjal
Asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapat berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddath.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
2. Tessy, Agus dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
3. http://askep-ebook.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-infeksi-saluran.html


Indra Setia Permana
05200ID09053
kel 1,2B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar